JAKARTA (Pos Sore) — World Coral Reef Conference (WCRC) ke-6 pada 14-17 Mei 2014 di Manado, Sulawesi Utara, menurut Menko Kesra, Agung Laksono, upaya untuk meningkatkan kapasitas dalam pemanfaatan serta pengelolaan terumbu karang secara lestari dan berkelanjutan.
“WCRC akan dibuka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ini adalah tindak lanjut dari World Ocean Conference, yang dihadiri anggota Coral Triangle Initiative (CTI) seperti Papua Nugini dan Kepulauan Solomon,” kata Agung, usai rapat koordinasi persiapan penyelenggaraan WCRC, yang dihadiri Menteri Kelautan dan Perikanan Cicip Sutardjo, Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu, dan Sesmenko Kesra Sugihartatmo, di Kemenko Kesra, Selasa (15/4).
WCRC sendiri tindak lanjut dari World Ocean Conference dan Coral Triangle Initiatives pada 2009, dan menghasilkan deklarasi Manado yang berhasil menarik kepedulian perlunya keberadaan terumbu karang bagi kehidupan. Karenanya, diharapkan negara yang memiliki terumbu karang seperti Amerika Serikat dan Australia hadir dalam konferensi tersebut.
Agung menandaskan, semua negara yang memiliki terumbu karang wajib memelihara dan merawat pantai. Diharapkan dengan WCRC dapat dirumuskan langkah-langkah nyata untuk perlindungan terumbu karang. Warisan dunia ini jangan sampai dirusak tapi harus memberi nilai tambah kepada masyarakat kesejahteraan.
“Saya kira ini penting memelihara alam kita yang tidak dimiliki oleh negara di dunia. Lebih dari 590 jenis terumbu karang di Indonesia ini bisa menjadi potensi pariwisata ekonomi,” tandasnya.
Wilayah Indonesia sendiri menyumbang 18% terumbu karang dunia, dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Sayangnya laporan Reef at Risk (2002) menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan status terumbu karang yang paling terancam. Hasil survey P2O LIPI pada 2006 menyebutkan hanya 5,23% terumbu karang di Indonesia yang berada di dalam kondisi yang sangat baik. (tety)