JAKARTA (Pos Sore)–Universitas Trilogi bekerjasama dengan Yayasan Damandiri, Kemendikbud, Kopertis Wilayah III dan Apkasi mengembangkan program ekonomi biru. Program tersebut mengembangkan hidup sejahtera, sehat, berpendidikan, nikmat dan lingkungan nyaman.
Menurut Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono, konsep ekonomi biru adalah di kolong langit ini tidak boleh ada masyarakat yang malas bekerja, tidak boleh ada limbah dan semuanya bisa menjadi kegiatan ekonomi.”Semua itu bisa terlaksana berkembang dengan baik apabila pemerintah daerahnya kreatif dan peduli. Walikota atau bupatinya bisa mengembangkan semua program yang ada dihadapannya serta memberikan fasilitas dengan kreatifitas tinggi sehingga bisa memperbaiki kehidupan masyarakat,” kata Haryono Suyono saat seminar nasional bertajuk ‘Peran Pemerintah Daerah dalam Millenium Development Goals(MDGs) dan Ekonomi Biru’, di Kampus IPB Conventional Centre, Bogor, kemarin.Menurutnya, semua limbah nantinya bisa dimanfaatkan, orang kaya bisa bersahabat dengan orang miskin. Bahkan keluarga miskin bisa diasuh oleh keluarga-keluarga kaya.
“Pemerintah daerah bisa mengajak gotong royong semua pihak dan perhatian pada pembangunan untuk keuntungan semua anggota masyarakat secara adil. Salah satu program yang bisa dikembangkan di daerah adalah Pos Pemberdayan Keluarga (Posdaya) yang merupakan forum untuk menyegarkan budaya gotong royong,” jelasnya.
Menurut Rektor Universitas Trilogi Prof Dr. Asep Saefuddin,M.Sc kekayaan alam Indonesia ini berlimpah. Dengan demikian apabila pemanfaatan sumber daya lokalnya optimal, tidak ada yang bisa melebihi Indonesia.”Sekarang ini tinggal kita mengoptimalkan, yang tidak lain adalah lembaga-lembaga pendidikan yang harus memperdayakan orang-orang agar mereka bisa memberdayakan sumber daya lokal tersebut.Jangan menganggap bahwa ekonomi biru adalah sesuatu yang datangnya dari luar negri dengan berbagai teknologi tinggi, itu bukan,” kata Asep.
Menurut Asep konsep ekonomi biru itu adalah penemuan local walaupun yang menemukannya itu Gunter Pauli dari luar negeri. Jauh sebelumnya di Indonesia juga telah melaksanakan ekonomi biru, walaupun pada saat itu tidak disebut ekonomi biru.Asep mencontohkan, tahun 68 an pernah ada peneliti asing yang justru dia mengembangkan pertanian yang di sebut ‘Pertanian Jawa’. Pertanian jawa itu keluarnya adalah dari lokal Indonesia. “Saya berharap hasil seminar ini akan memberikan kontribusi pemikiran dan memperkaya khazanah keilmuan kususnya bagi Universitas Trilogi dan bangsa Indonesia agar berkontribusi dalam upaya pengentasan kemiskinan, ancaman kelaparan maupun penyakit menular,” tuturnya.
Seminar ini merupakan rangkaian kegiatan Dies Natalis Pertama Universitas Triogi yang tepatnya jatuh pada tanggal 27 Maret 2014. Seminar ini bertujuan untuk membahas model-model ekonomi alternatif dan tatakeloka pemerintahan lokal dalam pencapaian MDGs melalui Ekonomi Biru, Membahas sinergitas dan determinan perilaku birokrasi Behavioral Consequences yang berakar dari pada budaya intelektual, dan Memberikan masukan bagi pemerintah pelaku usaha dan perlemen tentang tata kelola pemerintah yang baik dalam mencapai tujuan MDGs.
Turut hadir dalam acara itu Bupati Kulon Progo dr. H Hasto Wardoyo SpOG (K), Kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan Dr Suseno Sukoyono mewakili Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo. (junaedi)