16.8 C
New York
16/05/2025
Aktual Nasional

‘Songket untuk Indonesia’, Giwo Rubianto: Warisan Budaya yang Kaya Makna dan Sejarah

JAKARTA (possore.id) — Songket untuk Indonesia menjadi tema diskusi yang diadakan di Gedung BJ Habibie BRIN, Jakarta, Rabu 19 Februari 2025.  Tokoh perempuan Indonesia, Dr. Ir. Giwo Rubianto, M.Pd, menjadi salah satu pembicara utama.

Ia menyampaikan pesan penting mengenai pelestarian songket sebagai warisan budaya Indonesia yang kaya akan makna dan sejarah.

Membuka sesi pemaparannya, Dr. Ir. Giwo Rubianto, M. Pd menyampaikan bahwa setiap kain songket tidak hanya memiliki keindahan dalam tampilan, tetapi juga mengandung makna mendalam serta nilai sejarah yang tak ternilai.

Dikatakan, songket adalah warisan budaya yang sangat berharga, setiap helai kain yang ditenun dengan teliti menyimpan cerita, filosofi, dan tradisi yang mencerminkan keanekaragaman budaya Indonesia.

“Songket bukan hanya simbol keindahan, tetapi juga identitas yang harus kita jaga dan kenalkan kepada dunia,” tutur Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) periode 2014-2019 dan 2019-2024 ini.

Kain songket adalah kain yang memiliki motif serta tekstur mewah. Kain ini menjadi salah satu komponen yang tidak boleh dilewatkan saat mengenakan pakaian adat khas Sumatera Barat atau Minangkabau. Biasanya kain songket dikenakan dalam upacara adat tingkat tinggi yang penting.

Dalam kesempatan itu, Dr. Giwo juga menyoroti keprihatinannya atas pengakuan songket sebagai warisan budaya tak benda milik Malaysia pada 2021 dari UNESCO.

Ia menegaskan bahwa songket yang merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia harus tetap diakui sebagai identitas bangsa.

“Sebagai bangsa yang kaya akan budaya, kita harus berjuang agar songket tetap dikenal sebagai warisan budaya Indonesia. Kita memiliki tanggung jawab untuk melestarikan dan memperkenalkan songket kepada dunia,” tegasnya.

Dalam kesempatan ini, acara Songket untuk Indonesia juga dihadiri oleh Emil Salim, yang turut menyampaikan sambutan penting tentang perlunya menjaga kelestarian budaya songket.

Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (1983–1993) ini mengingatkan peserta bahwa budaya adalah aset bangsa yang harus dilindungi dan diteruskan ke generasi berikutnya.

Dengan penuh semangat, Dr. Giwo Rubianto menutup pembicaraannya dengan seruan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk terus berupaya menjaga dan melestarikan songket.

“Dengan demikian, warisan budaya ini dapat dinikmati dan dihargai oleh generasi mendatang,” ucapnya.

Acara ini juga menjadi momen bersejarah dengan dilanjutkan pelantikan pengurus One Minang Sayio Provinsi Banten yang dipimpin oleh Effy Kuswita, Ketua Umum One Minang Sayio Pusat bersama dengan ketua panitia, dan dr. Syahnidar Helviani selaku Sekretaris Umum One Minang Sayio.

Leave a Comment