MOSKOW (Pos Sore) — Rusia berhasil meluncurkan rudal balistik interkontinental ICBM kemarin. Peluncuran ini dilakukan di tengah kekhawatiran dunia akan upaya Moskow mengendalikan wilayah Crimea, dan ancaman pengiriman pasukan tempur dalam jumlah besar ke negara tetangga Ukraina.
Kantor berita RIA mengutip pernyataan jubir Menhan Igor Yegorov memberitakan Kekuatan Roket Strategis telah meluncurkan rudal Topol RS-12M dari wilayah Astrakhan di selatan dan hulu ledak kosong telah mengenai sasaran di sebuah daratan Saru Shagan di Kazakhstan.
Lokasi peluncuran, Kapustin Yar, berdekatan dengan Sungai Volga, dekat Laut Kaspia sekitar 450 kilometer timur perbatasan Ukraina. Kazakhstan, yang merupakan sekutu Rusia dalam kelompok pertahanan pasca Soviet, terletak lebih jauh ke selatan.
Rusia mengutuk keras perubahan pemerintahan di Ukraina, yang terjadi setelah berbulan-bulan pecah aksi protes jalanan. Aksi protes yang berubah menjadi kekerasan berdarah ini telah menewaskan lebih dari 90 orang dan Presiden terguling Viktor Yanukovych, yang juga sekutu dekat Rusia, melarikan diri ke Moskow.
“Lokasi peluncuran, Kapustin Yar, berdekatan dengan Sungai Volga, dekat Laut Kaspia sekitar 450 kilometer timur perbatasan Ukraina.”
Rusia mengancam akan mengirim pasukannya ke Ukraina dengan dalih melindungi warganya yang tinggal di sana. Moskow secara de fakto telah menguasai semenanjung Crimea setelah pasukan yang pro Rusia mulai mengambil kendali beberapa titik strategis di sana sejak Sabtu lalu.
Hingga Selasa malam, pasukan pro-Rusia sudah mengepung sejumlah markas militer dan instalasi lain di Ukraina. Sementara dua kapal perang Ukraina telah diblokir oleh sebuah kapal Rusia di pelabuhan Sevastopol.
Pasukan bersenjata mencoba menguasai pangkalan rudal antipesawat di Yevpatoria di pesisir utara Sevastopol. Kiev dan negara barat menuduh Rusia menginvasi Crimea, yang penduduknya mayoritas berbahasa Rusia. Crimea dan beberapa daerah di selatan Ukraina mendukung Rusia.
Rusia dan Amerika menandatangani serangkaian traktat terakhir yang membatasi jumlah kepemilikan rudal ICBM pada 2010 lalu. Sekalipun Moskow bersedia mengurangi jumlah ICBM lebih banyak dalam waktu dekat, militer Rusia malah akan meng-upgrade persediaan nuklirnya.
Presiden Vladimir Putin bersikukuh Rusia harus mempertahankan penangkal nuklir yang kuat. Salah satu alasannya adalah keberadaan teknologi tameng antirudal yang dibangun Amerika di Eropa yang disinyalir dapat mempengaruhi keamanan Rusia.
Rudal Topol RS-12M dengan panjang 20 meter yang dikenal NATO dengan sebutan SS-25 Sickle, pertama kali dipakai pada 1985, enam tahun sebelum kejatuhan Uni Soviet. Rudal ini dirancang untuk membawa hulu ledak nuklir. Jarak tempuhnya mencapai 10.500 kilometer.(arabnews/bbc/meidia)