22/03/2025
Gaya Hidup

Putus Cinta = Putus Nyawa?

Percaya tidak, jika putus cinta juga bisa membuat putus nyawa? Ya, patah hati tidak sekedar membuat hari-hari terlihat kelam, rambut rontok, atau kehilangan gairah.

Berdasarkan penelitian, patah hati benar-benar bisa mengancam nyawa. Mengapa, karena kepergian sang kekasih tercinta membuat seseorang kehilangan nafsu makan dan waktu tidur.

Akibatnya, sistem kekebalan tubuh menurun dan kesehatan memburuk. Penelitian terhadap 30 ribu warga Inggris menunjukkan, risiko jantung koroner dan stroke meningkat dua kali lipat dalam bulan pertama berduka.

Tak hanya di bulan pertama. Bahaya itu muncul juga di bulan-bulan berikutnya. “Hasil itu sudah memperlihatkan betapa sindrom patah hati benar-benar ada,” tandas Sunil Shah, pemimpin penelitian di St George’s, University of London, Selasa (25/2).

Ia beralasan kehancuran yang dirasakan seseorang yang ditinggalkan membuat mereka mengabaikan masalah kesehatan. Mereka lupa minum obat, tak peduli soal makan, dan sebagainya. Selain itu, ada pula risiko fisiologis yang dialami tubuh. Tentu saja, ini sesuatu negatif bagi kesehatan tubuh.

“Ada bukti, kehilangan dan kesedihan menyebabkan pembekuan darah, tekanan darah, meningkatkan kadar hormon stres, dan detak jantung,” tambah Shah, seperti dikutip Daily Mail.

Jadi, masuk akal juga jika patah hati berkontribusi terhadap risiko serangan jantung dan stroke. Apalagi dalam sebulan berduka, orang tidak secara rutin meminum obat yang biasa digunakan untuk mengontrol penyakit itu.

“Penting bagi dokter dan orang dekat menyadari itu. Pastikan perawatan dan dukungan sebaik mungkin untuk masa-masa rentan setelah kehilangan orang yang dicintai,” tandasnya. (tety)

Leave a Comment