Oleh Prof. Dr. Haryono Suyono
Presiden Jimmy Carter terkenal karena beliau adalah juragan kacang, tetapi bukan juragan sekedar menjual kacang dalam lingkungan desanya. Jimmy menjadi juragan dengan omset yang sangat besar.. Jimmy seorang “Superman kacang” dengan omset yang luar biasa. Ekonomi Biru ala Indonesia seyogyanya tidak menciptakan Superman seperti itu, tetapi Super Team yang membangun usahanya secara gotong royong sehingga setiap anggotanya dapat menikmati hasil usahanya dengan baik karena keluarga lain ikut menikmati hasil bersama itu dalam kedamaian. Hal seperti ini yang dikehendaki oleh UUD kita, kesejahteraan bagi semua anak bangsa secara adil dan merata.
Yayasan Damandiri bersama rekan-rekan kerjanya berusaha mengembangkan Ekonomi Biru ala Indonesia itu melalui beberapa kegiatan dengan mengikut-sertakan keluarga yang tergabung dalam Posdaya. Secara luas mereka diajak bersatu dengan keluarga yang lebih mampu untuk belajar menjadi pengusaha ekonomi mikro dalam bidang yang dianggap bisa memenuhi kebutuhan rakyat banyak. Keluarga miskin yang bersatu dengan keluarga yang lebih mampu berubah menjadi pengusaha warung di desanya menjual keperluan sehari-hari bagi rakyat banyak. Mereka mendapatkan modal dengan kewajiban menabung melalui Skim Tabur Puja. Karena dukungan pemerintah dan kegotong-royongan tanggung renteng sesama anggota Posdaya, pinjaman melalui Tabur Puja diberikan tanpa agunan. Bunga yang diterapkan juga relatif kecil sehingga usaha mereka bisa berkembang dengan baik dan menguntungkan.
Mulai di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Bandung Barat, pertengahan minggu ini Posaya melakukan usaha besar-besaran mengikut-sertakan hampir seluruh keluarga miskin di Kabupaten itu. Usaha itu dimulai atas gagasan Gubernur Jawa Barat yang ingin membuat provinsinya sebagai produsen Pisang Cavendish. Kalau prosuksinya melimpah dan berhasil, bisa menjadi bahan ekspor yang menguntungkan. Gagasan itu diolah dan pertengahan minggu ini sebanyak 1000 batang pisang Cavendish mulai ditanam oleh Posdaya di halaman rumah anggotanya. Setiap bagian belakang rumah di tanam antara 5 sampai 10 batang sesuai luas halaman yang tersedia. Gagasannya adalah bahwa Kebun Pisang ini bukan di lahan terbuka saja, tetapi setiap keluarga bisa menjadi pemilik Kebun Pisang. Hasilnya akan dikumpul dan dijual secara bersama-sama.
Penanaman 1000 batang ini merupakan awal, dimulai oleh Posdaya Plamboyan, dan dalam waktu singkat akan ditingkatkan menjadi 100.000 batang. Kalau berhasil, dalam waktu yang tidak terlalu lama akan mencapai 1.000.000 batang pisang yang sama. Industri besar yang akan dikelola oleh seluruh keluarga miskin dan keluarga lain yang tergabung dalam Posdaya, mempunyai lahan sempit atau besar. Suatu gerakan gotong royong yang kemudian memerlukan kerjasama secara terpadu antara keluarga dan keluarga lainnya.
Proses penyediaan bibitnya dilakukan melalui kerjasama yang erat antara Yayasan Damandiri dengan Seameo Biotrop di Bogor yang mengembangkan pembibitan dengan sistem kultur jaringan sehingga kualitas dan mutu bibit dijamin secara ilmiah. Pengorganisasian gerakan ini dilakukan melalui Posdaya yang pembentukannya dikembangkan bersama dengan beberapa perguruan tinggi di Jawa Barat yang dikoordinasikan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melalui Kuliah Kerja Nyata tematik Posdaya. Di lapangan Posdaya dikawal oleh berbagai Organisasi Sosial Masyarakat, pada tingkat awal ini oleh Pengda PWRI Jawa Barat dan Pengcab Bandung Barat serta Posdaya yang telah terbentuk di wilayah itu.
Kegiatan ini mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah mulai dari Bupati,Camat, Kepala Desa, RW dan RT, yang memberikan kemudahan dengan luar biasa. Gerakan ekonomi biru akan disusul dengan kegiatan lain untuk mengangkat keluarga pra sejahtera makin mampu, mandiri dan sejahtera. (Prof. Dr. Haryono Suyono, mantan Menko Kesra RI, www.haryono.com).