JAKARTA (Pos Sore) — Dengan meningkatnya jumlah dan daya beli pada populasi penduduk usia 65 tahun ke atas, penyedia ritel, pemasar produk, dan penyedia jasa memiliki peluang yang lebih baik untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan konsumen usia lansia, demikian menurut penemuan terbaru Nielsen sebagai penyedia informasi dan insight terdepan terhadap apa yang konsumen tonton dan beli.
Berdasarkan Survei Global Nielsen mengenai Aging yang mensurvei dari 30.000 responden dengan akses internet di 60 negara, lebih dari setengah konsumen global (51%) mengatakan mereka tidak melihat iklan produk yang merefleksikan konsumen lansia, dan setengah darinya mengatakan bahwa merupakan hal yang sulit bagi penduduk usia lansia untuk menemukan label produk yang mudah di baca.
43% dari responden global (saat berpikir mengenai produk atau jasa yang dibutuhkan konsumen lansia) mengalami kesulitan untuk menemukan lokasi kemasan yang mudah di buka.
Lebih dari 4 dalam 10 orang tidak dapat menemukan produk makanan yang mengandung nutrisi diet spesial (45%), makanan dalam kemasan porsi yang lebih kecil (44%) atau kemasan dengan label yang mencantumkan infromasi gizi dengan jelas (43%).
Responden global juga mengalami kesulitan untuk mandapatkan bantuan dari industri jasa seperti perumahan (46%), transportasi (44%), finansial (44%), asuransi kesehatan (39%) dan layan antar makanan (36%).
“Temuan-temuan ini merupakan peringatan bagi para produsen, peritel dan pemasar lainnya untuk mendukung usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen lansia,” ujar Todd Hale, Senior Vice President, Consumer & Shopper Insights, Nielsen dalam rilisnya, Senin (10/3).
Dia mengatakan jumlah penduduk berusia 65 tahun ke atas sudah melebihi anak-anak usia di bawah 14 tahun di banyak negara maju seperti Jepang, Jerman dan Italia. Ketika jumlah populasi lansia meningkat, pada saat yang sama daya beli mereka meningkat pula, karena banyak dari mereka yang memiliki lebih banyak waktu untuk berbelanja dibandingkan dengan penduduk yang lebih muda.
Informasi Nielsen juga menunjukkan bahwa 1 dari 3 responden yakin bahwa toko-toko ritel tidak memenuhi kebutuhan konsumen lansia dengan menyediakan lorong belanja khusus untuk produk-produk kebutuhan konsumen lansia (34%), menyediakan jalur khusus untuk konsumen lansia difabel (33%), atau memberikan bantuan untuk membawakan tas belanja (36%).
Kira-kira 1 dari 4 responden dari seluruh dunia mengatakan bahwa toko-toko ritel tidak dilengkapi dengan bangku untuk duduk (29%), area parkir yang cukup untuk konsumen lansia/difabel (25%), toilet untuk konsumen lansia/difabel (23%), rak-rak toko yang mudah digapai (23%) atau jalan yang landai dan pintu yang aman untuk konsumen lansia/difabel (22%).(fent/possore)