JAKARTA (Pos Sore) — Ramai-ramai menekan Megawati. Itulah yang terjadi kini. Baik dari kalangan kader partai yang dipimpinnya, PDI Perjuangan, maupun dari luar, dari masyarakat yang sudah tak sabar lagi ingin melihat partai Banteng Moncong Putih itu segera mengumumkan pencalonan Joko Widodo.
Lalu apa yang dilakukan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati selaku pemegang mandat? Apakah putri Bung Karno yang terkenal keras dalam bersikap itu mau begitu saja didikte pihak lain? Atau Mega memang tidak mendukung pencalonan Jokowi dan punya rencana lain?
Pertanyaan-pertanyaan di atas memang sudah sejak lama, sejak Kongres PDIPerjuangan penghujung tahun lalu, dan kini mencuat lagi karena pemilihan umum calon legislative (Pileg) tinggal menghitung hari.
Politisi senior PDIP Sabam Sirait menyatakan keyakinannya bahwa Megawati Soekarnoputri mendukung Jokowi. “Saya kira Bu Mega juga mendukung Jokowi, tidak ada masalah,”ungkap Sabam menjawab Pos Sore di kantor Yayasan Komunikasi, Jakarta, kemarin.
Sabam sendiri mengakui mendukung Jokowi yang dicalonkan oleh PDIP. Makanya dia berharap, pencalonan Jokowi ini bisa diumumkan sebelum digelar pemilu legislatif 9 April nanti. “Saya harapkan sebelum Pileg lah biar diumumkan,”imbuhnya.
“Saya kira Bu Mega juga mendukung Jokowi, tidak ada masalah”
Apakah dengan sikapnya itu berarti Sabam menekan Megawati? Tak ada yang tahu. Yang pasti, di hari-hari terakhir ini Sabam yang dikenal sebagai salah satu tokoh senior partai yang paling disegani bermesraan dengan kelompok masyarakat yang menyebut diri Sekretariat Nasional Jaringan Organisasi Komunitas Warga Indonesia atau disingkat Seknas Jokowi. Kelompok lainnya yang menyebut diri Bara, Barisan Relawan Joko Widodo.
Kelompok ini, satu dari sekian kelompok yang ada di tengah masyarakat dan sejak awal sudah mendambakan tampilnya Joko Widodo alias Jokowi sebagai calon presiden pada Pilpres tahun ini.
Seknas Jokowi beberapa hari lalu juga mendaulat Sabam sebagai ‘’komandan’’ mereka untuk mendesak Megawati segera mengumumkan pencalonan Jokwi.
Perlu diketahui, jadi atau tidaknya Jokowi dicalonkan merupakan bagian strategi PDIP. Pertama, untuk menjaring suara rakyat melalui Pileg. Apabila perolehan kursi di DPR mencapai 20 persen, posisi PDIP akan semakin kuat dan bisa mencalonkan pasangan capres/cawapres sendiri.
Terkait hal ini pernah mencuat isu macam-macam. Pertama, Mega dianggap masih berambisi dan ingin menjadi calon presiden. Dengan keluarnyaPDIP sebagai pemenang pertama ddalam Pileg, PDIP bisa menampilkan pasangan sendiri, yaitu Mega dan Jokowi. Namun isu ini banyak yang membantah dan terasa kurang logis. Kedua, menampilkan Jokowi dengan salah satu putra/ putrid Megawati. Ketiga, Jokowi dicalonkan dan digandengkan dengan calon wapres dari partai lain, dan hal itu hanya bisa dilihat setelah hasil Pemilu legislatif.
“Apabila perolehan kursi di DPR mencapai 20 persen, posisi PDIP akan semakin kuat dan bisa mencalonkan pasangan capres/cawapres sendiri.”
Tapi, di tubuh PDIP sendiri memang muncul dua pendekatan, yang sama-sama bertujuan memenangkan PDIP. Satu, yang patuh dan menunggu putusan Megawati. Satunya lagi, mendesak agar Megawati tidak ragu-ragu.
Selain Sabam, juga ada Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan, Bidang Otonomi Daerah, Komaruddin Watubun, di Bogor, Rabu (12/3). Bahkan sumber Pos Sore menyebut, banyak kader lain yang sebaris dengan Sabam. Hanya saja mereka memilih diam, lebih menghormati sikap Ketua Umum.
Tapi benarkah sebelum Pemilu 9 April ini Mega akan mengumumkan pencalonan Jokowi? Komarudin menjelaskan, desakan deklarasi untuk mencapreskan Jokowi semakin kuat dari masyarakat maupun internal partai.
Menurut dia, pendeklarasian sebelum pileg, dinilai akan mendulang suara PDI Perjuangan di pemilihan umum nanti. “Ya saya dengar sekitar 20 Maret ini,’’ kata Sekjen Seknas Jokowi Dono Prasetyo yang dihubungi Pos Sore.
Pendeklarasian Jokowi pekan depan, menurut Dono, akan berpengaruh pada elektabilitas PDI Perjuangan dan target 20 persen suara dalam pemilu legislatif akan terlampaui. “Pencapresan Jokowi adalah harapan dan permintaan masyarakat,” ujar mantan Komisioner Komisi Informasi Pusat itu.
Peluang Begitu Besar
Menurut Sabam, peluang Jokowi begitu besar untuk memenangkan pilpres nanti, siapa pun lawannya. “Dia pasti menang, tidak ada keraguan, siapa pun lawannya dia akan menang,” katanya optimis.
Masih dalam nada bersemangat, Sabam menyatakan,jika PDIP sudah memutuskan Jokowi sebagai capresnya, maka perolehan suara partai ini akan besar sehingga mampu mengusung sendiri capresnya tanpa berkoalisi dengan partai politik lainnya.
Bagaimana kalau ternyata bukan Jokowi yang diputuskan PDIP ? Dengan tegas Sabam mengatakan, tidak akan pernah ada keputusan seperti itu. Keputusan yang akan dibuat oleh Megawati menurut dia adalah mencalonkan Jokowi. “Dan saya yakin itu,” katanya.
Dia mengakui pasti ada kelompok yang berusaha keras supaya Jokowi tidak jadi capres PDIP. Pasti ada yang menggoda Megawati, tetapi yang tidak menggoda pun banyak. Menurut Sabam, ada pihak yang kuatir dan ketakutan jika sampai Jokowi menjadi capres.
“Ada yang berusaha mempengaruhi Mega untuk maju atau pada akhirnya untuk tidak mendukung Jokowi. Nah, kalau itu terjadi, Ibu Mega tau, pasti ini tidak mudah,”kata Sabam seraya menambahkan, sudah hampir 100 persen cabang-cabang PDIP mendukung Jokowi.
Yang belum jelas dan tegas itu adalah Jawa Tengah dan DKI Jakarta. Dalam pengamatannya, daerah-daerah lain di Indonesia sudah menyatakan mendukung Jokowi. Dia pun terus berusaha keras supaya Jokowi yang diputuskan bukan yang lain.
Sabam mengingatkan, Jokowi memenuhi syarat untuk menjadi presiden. Selain hidup dalam kesederhanaan, Jokowi gandrung dengan persatuan nasional dan menjadi harapan banyak orang, karena dia jujur dan tidak akan korupsi.
Ketika ditanya apakah Jokowi nantinya tidak ‘mengkhianati’ aspirasi masyarakat Jakarta yang mendukungnya sebagai Gubernur DKI Jakarta pada pemilu kada yang lalu, secara diplomatis Sabam menyatakan, mengurus jakarta sama dengan mengurus Indonesia. Karena Jakarta bagian dari Indonesia.
“Jakarta pasti diurus walaupu dia terpilih menjadi presiden,” kata calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari daerah pemilihan DKI Jakarta ini. (andoes/lya)