16 C
New York
13/10/2024
Kisah Sukses

Pedagang Tahu Keliling Yang Menjadi Pengusaha Tahu

SIAPA sangka jika keberhasilan seseorang bisa diraih dari hal yang serba kebetulan dan kebiasaan mengamati orang-orang yang sudah duluan meraih sukses, atau kebiasaan membantu mereka yang dalam proses menuju kesuksesan.

Sebut saja Acim Artasin (49) yang kini sudah menjadi orang kaya. Kebiasannya mengunjungi pasar tradisonal ketika baru menginjakkan kakinya di Jakarta pada 1971 dan masih duduk bangku SMP membawanya menjadi pengusaha tahu yang sukses saat ini.

Dari kebiasaannya melihat para pedagang makanan bekerja selama bertahun-tahun, Acim Artasin mulai menggeluti usaha jual beli bahan makanan ketika usianya mulai menanjak dewasa. Berdagang tahu menjadi pilihan pekerjaan baginya sebagai bisnis keluarga. Tidak tanggung-tanggung Acim berdagang tahu keliling yang kala itu keuntungan yang diperolehnyapun tidak lebih dari Rp100 ribu per hari.

Terik matahari dan curah hujan tidak menjadi penghalang sebab dia meyakini bahwa dengan usaha yang sungguh-sungguh kehidupan yang layak akan diraih. Sedikit demi sedikit rupiah dikumpulnya sebagai modal. Setelah 19 tahun berjualan tahu keliling atau tepatnya pada tahun 2000, Acim nekad menyewa lapak di pasar tradisional dan berjualan tahu berjualan tahu di pasar tradisional tanpa harus keliling. Hal itu dilakukan selama tiga tahun.

Rejeki tidak kemana, istilah Jakarta yang sering diucapkan orang. Pada awal 2003, ada seorang pengusaha pabrik tahu yang bangkrut dan menawarkan Acim untuk membeli pabrik dan alat-alat produksinya. Terlahirlah sebuah pabrik pengolahan tahu yang berdiri di atas tanah seluas 100 meter persegi sekaligus menjadi titik balik perjalanan usaha Acim Artasin.

Dia merogoh koceknya untuk membeli impian yang sudah di depan mata, Untuk membeli bangunan pabrik pengolahan dana yang dibutuhkan berkisar Rp9 juta. Sedangkan untuk membeli perabotan dan beberapa alat produksi pengolahan tahu seperti mesin uap,tungku air,dan lainnya, dibutuhkan dana minimal Rp7 juta.
Bagi Acim kala itu, ini adalah jumlah yang tidak sedikit. Namun dia bertekad untuk tetap mengambil kesempatan ini dan bisa memulai bisnis dengan keuntungan yang cukup menjanjikan di kemudian hari.Dia memberanikan diri mengajukan kredit ke Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar Rp35 juta untuk membeli lahan pabrik dan bangunannya beserta peralatan pengolahan tahu.

Untuk menjalankan usahanya itu, Acim merekrut tujuh tenaga kerja yang sudah terampil dalam menjalankan mesin pengolahan. maupun yang masih baru. Semula dia hanya mampu memproduksi sedikitnya 1 kuintal tahu per hari yang kemudian didistribusikan ke pasar tradisional di daerah Ciputat dan sekitarnya. Keuntungan yang diraihnyapun belum terlalu besar hanya berkisar Rp300 ribu per hari.

Melihat kondisi itu, dia dan pekerjanya terus bekerja keras, alhasil, pabrik tahu miliknya mulai berkembang. Kerasnya persaingan membuat Acim tidak boleh menyerah. Kini pabrik pengolahan tahu miliknya mampu memproduksi sedikitnya 6 kuintal tahu per hari.

Biaya produksi dalam sehari mencapai Rp5 juta mencakup pembelian bahan dasar pengolahan tahu, biaya proses pengolahan, dan upah bagi para pekerjanya. Tanpa menyebutkan omset selama sebulan, Acim hanya berujar bahwa dari keuntungan itu dia bisa membeli sebuah mobil operasional berjenis pick up dan mengantarkan anaknya untuk bersekolah di sebuah perguruan tinggi di Bandung.

Nass tak bisa ditolak. Pada 2005 silam, sebuah kebakaran besar melalap habis pabriknya. Beruntung, rumah tinggalnya yang persis berdampingan dengan pabrik itu tidak ikut habis terbakar. Semua ludes dan tidak bersisa. Kerugian yang dialami mencapai Rp100 jutaan.

Diapun mulai menapaki semuanya dari awal lagi. Mobil digadaikan seharga Rp35 juta. Dengan dibantu saudara-saudaranya Acim mulai merangkai kembali usahanya.Tragedi kebakaran tersebut justru semakin memperbesar usahanya. Kini Acim sudah menambah jumlah tenaga kerjanya dan berharap terus mendapat hikmah dari peristiwa kebakaran itu. Disiplin kerja adalah hal yang selalu dia tanamkan kepada seluruh pekerjanya…. Sukses selalu Acim Artasin. (hasyim husein)

Leave a Comment