SERPONG (Pos Sore) — Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta, mengatakan, kegiatan penamanan pohon perlu banyak dilakukan di kawasan Puspiptek Serpong. Selain menambah keindahan dan kenyamanan kawasan ini, juga dapat membuat para peneliti yang melakukan kegiatan penelitian, perekayasaan, dan pelayanan teknis kepada masyarakat, merasa nyaman berada di kawasan itu.
“Di masa yang akan datang, kawasan Puspiptek ini tengah direvitalisasi, diharapkan akan lebih berperan dan berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta juga secara langsung berkontribusi terhadap pembangunan nasional di semua sector, termasuk pembangunan perekonomian bangsa,” kata menristek, di Serpong, Jumat (11/4).
Di masa yang akan datang, diproyeksikan akan makin banyak invensi dan inovasi yang akan dihasilkan di kawasan Puspiptek ini oleh para peneliti dan perekayasa yang bekerja di sini.
“Kawasan Puspipitek ini diharapkan dapat ditransformasi menjadi ‘Indonesia Science and Technology Park’ (ISTP),” tegasnya.
Karenanya, Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara (GPTP) yang diprakarsai 7 organisasi wanita ini — Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), KOWANI, Dharma Wanita Persatuan (DWP), Aliansi Perempuan untuk Pembangunan Berkelanjutan (APPB), Bhayangkari, Dharma Pertiwi, dan Tim Penggerak PKK, sejak 2011, juga dirasakan penting oleh para peneliti dan perekayasa.
“Bayangkan bagaimana kondisi pemandangannya, jika kawasan Puspiptek ini tidak ada satu batang pohonpun,” tandasnya.
Keberadaan pepohonan akan menjadikan udara lebih segar dan sehat, karena akan meningkatkan kandungan oksigen (O2) di udara yang dibutuhkan untuk pernafasan manusia, dan mengurangi cemaran karbon dioksida (CO2) yang mengganggu pernafasan dan kesehatan manusia.
Kehadiran pepohonan juga menjadikan udara disekitarnya lebih sejuk, karena pada siang hari, dedaunan pepohonan akan mengeluarkan uap air. Di samping itu, tajuk pepohonan memberikan keteduhan bagi orang yang bernaung di bawahnya, mengurangi intensitas cahaya matahari.
“Manfaat ini akan langsung dirasakan oleh masyarakat, terutama di daerah tropis seperti Indonesia, apalagi di kawasan perkotaan seperti Jakarta dan kota satelit di sekitarnya,” tuturnya. (tety)