WASHINGTON (Pos Sore) — Perundingan damai Palestina-Israel yang diperantarai Amerika yang dibuka pada Juli tahun lalu telah berakhir tanpa tercapai kesepakatan. Bersamaan itu pula, Menlu Amerika John Kerry membantah pernyataannya yang lmenyebut Israel sebagai sebuah negara aparteid.
Perundingan secara langsung telah dibuka lagi pada Juli tahun lalu setelah vakum selama tiga tahun.
Putaran terakhir perundingan terhenti pekan lalu setelah sejumlah faksi utama Palestina yaitu Fatah mengumumkan pakta persatuan politik dengan kelompok Hamas yang memerintah Jalur Gaza.
“Perundingan secara langsung telah dibuka lagi pada Juli tahun lalu setelah vakum selama tiga tahun.”
Pada Senin kemarin, dalam berbagai pernyataan hasil rekaman sebuah pertemuan tertutup yang berlangsung Jumat lalu, Kerry memperingatkan bahwa Israel berisiko menjadi “sebuah negara aparteid” bila solusi dua-negara tidak tercapai segera.
“Sebuah solusi dua-negara harus menjadi satu-satunya sebuah alternatif yang riil,” tegas Kerry, berdasarkan komentar yang dipublikasikan di Daily Beast, yang mempublikasikan komentarnya di situsnya Minggu.
“Karena sebuah negara kesatuan bisa berakhir menjadi sebuah negara aparteid dengan warga kelas kedua atau berakhir menjadi sebuah negara yang menghancurkan kapasitas Israel untuk menjadi sebuah negara Yahudi,” jelasnya.
“Saya tidak percaya atau pun pernah mengatakan secara terang-terangan atau pribadi bahwa Israel adalah sebuah negara aparteid atau bakal menjadi negara aparteid.”
Namun dalam pernyataan yang dirilis Selasa pagi, Kerry mengatakan, “Saya tidak percaya atau pun pernah mengatakan secara terang-terangan atau pribadi bahwa Israel adalah sebuah negara aparteid atau bakal menjadi negara aparteid.”
Istilah aparteid mengacu pada kebijakan aparteid yang diberlakukan Afrika Selatan pada kurun 1948-1994. Pemerintah Afsel menerapkan sistem sosial yang bersifat menindas dan pemisahan rasial.
Bila Kerry dan Presiden Barack Obama menahan diri untuk tidak memakai istilah itu ketika berbicara tentang konflikPalestina-Israel.
Sebaliknya mantan Presiden Amerika Jimmy Carter yang memerintah antara 1977-1981 pernah menyinggung kata itu dalam bukunya yang dirilis pada 2006 lalu dimana ia menulis tentang subyek “Palestine: Peace Nit Apartheid”.
Gagal
Perundingan antara dua pihak sudah bermasalah setelah berkali-kali terjadi ketidaksepakatan tentang penyelesaian pembangunan permukiman Yahudi dan pembebasan tahanan.
Negosiasi dibatalkan Israel setelah dua faksi utama Palestina, Fatah dan Hamas, menandatangani kesepakatan persatuan Rabu pekan lalu.
“Amerika juga kecewa atas kesepakatan Hamas-Fatah, meski meminta Israel dan Palestina untuk terus melanjutkan perundingan.”
Kesepakatan itu menyerukan pembentukan sebuah pemerintahan bersatu dalam waktu beberapa pekan lagi.
Israel menolak berunding dengan pihak yang di dalamnya melibatkan orang Hamas sebagai mitra. Sementara Hamas menolak mengakui Israel.
Amerika juga kecewa atas kesepakatan Hamas-Fatah, meski meminta Israel dan Palestina untuk terus melanjutkan perundingan.
Palestina kini terus mencari upaya untuk mendapatkan pengakuan sebagai sebuah negara berdaulat melalui berbagai organisasi internasional seperti PBB ketimbang melalui perundingan bilateral. (arabnews/bbc/meidia)