JAKARTA (Pos Sore) — Perkembangan industri kelapa sawit nasional tumbuh pesat sejalan kebutuhan minyak nabati dunia yang juga menanjak.
Karenanya, industri sawit nasional terus mengupayakan penguatan kapasitas dalam menjalankan praktik agribisnis yang berkelanjutan. Hal itu mendorong PT SMART Tbk bersama CIRAD dan WWF Indonesia untuk bekerjasama menggelar International Conference on Oil Palm and Environment (ICOPE) yang ke empat.
ICOPE ke-4 kali ini akan dilangsungkan di The Stones Hotel, Legian, Bali pada 12-14 Februari 2014 bertema “Budidaya Kelapa Sawit: Menjadi Model untuk Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Masa Depan.”
“Beberapa isu terkini seperti solusi ke arah pembangunan yang meminimalkan deforestasi, efek gas rumah kaca maupun isu penggunaan lahan, keanekaragaman hayati, dan petani plasma jadi bahasan utama.”
Tema yang dipilih itu jadi respon Steering Committee ICOPE 2014 terhadap tantangan produksi minyak sawit lestari sekaligus menjadikannya sebagai salah satu model pembangunan sektor pertanian yang berkelanjutan.
Beberapa isu terkini seperti solusi ke arah pembangunan yang meminimalkan deforestasi, efek gas rumah kaca maupun isu penggunaan lahan, keanekaragaman hayati, dan petani plasma akan dibahas dalam konferensi internasional ini, kata Daud Dharsono, Chairman Steering Committee ICOPE 2014, dalam siaran persnya kepada Pos Sore, Rabu (5/2) malam.
Diungkapkan sejak konferensi pertama, kedua, dan ketiga yang diadakan pada 2007, 2010, dan 2012, ICOPE telah memperoleh pengakuan para ahli internasional sebagai forum unik dan penting untuk mengembangkan jejaring.
Sekaligus membagikan praktek-praktek terbaik dan solusi yang sesuai dengan produksi minyak sawit lestari. “Tentu saja dengan program perlindungan lingkungan baik di tingkat kajian kebijakan maupun penerapannya di dalam industri kelapa sawit,” kata Daud.
ICOPE ketiga pada 2012 dihadiri lebih dari 400 peserta yang terdiri dari para ahli terkemuka dan para pelaku usaha dari 19 negara.
Sejak saat itu, beberapa inisiatif kunci pada berbagai skala telah diumumkan dan diterapkan di berbagai perusahaan perkebunan dan organisasi-organisasi di tingkat nasional maupun internasional.
“Tahun ini, seperti tiga konferensi sebelumnya, kami mengundang semua peserta menggunakan platform ini dengan sebaik-baiknya untuk berbagi pengetahuan dan perspektif, menyampaikan pendapat, mendiskusikan dan memformulasikan rencana masa depan yang memungkinkan adanya pengembangan teknologi dan penggunaan praktik-praktik terbaik untuk pengembangan kelapa sawit yang berkelanjutan,” jelas Daud Dharsono.
Konferensi ini akan dibuka secara resmi oleh Menteri Pertanian dan disertai Pidato Pengarahan dari Menteri Kehutanan dan Menteri Lingkungan Hidup. Acara dibagi dalam beberapa sesi selama tiga hari.
Hari pertama berisi Diskusi Panel yang bertajuk “Mencari Model bagi Pertanian Berkelanjutan di Masa Depan”, dilanjutkan dengan sesi tentang “Deforestasi dan Konservasi”.
Kemudian hari ke dua, peserta akan diajak belajar dari praktik terbaik “Transfer Teknologi Petani Plasma” dari berbagai tempat di dunia.
Pada hari yang sama juga akan disuguhkan tiga sesi diskusi yakni sesi 3: “Emisi Gas Rumah Kaca”, sesi 4 dan 5 akan membahas “Intensifikasi Ekologis dalam Budidaya Minyak Sawit”.
“ICOPE ketiga pada 2012 dihadiri lebih dari 400 peserta yang terdiri dari para ahli terkemuka dan para pelaku usaha dari 19 negara.”
Sedangkan pada hari terakhir, diskusi akan berpusat pada topik yang cukup menantang yakni “Keberagaman Sistem Sertifikasi Keberlanjutan di Industri Kelapa Sawit.”
Tujuan dari konferensi ini adalah memberikan perhatian khusus kepada isu lingkungan melalui strategi berbagi pengalaman dan mencari solusi dan sumberdaya antar berbagai pemangku kepentingan.
Di samping itu, ICOPE juga ingin memperlihatkan berbagai upaya industri dalam menjadikan budidaya kelapa sawit sebagai model pertanian berkelanjutan di masa depan yang bermanfaat bagi lingkungan maupun industri kelapa sawit itu sendiri.(fent)