SETELAH melewati Pemilihan Umum Legislatif, bangsa Indonesia Juli nanti dihadapkan pada babak baru yakni pemilihan presiden dan wakil presiden. Tahapan pendaftaran sudah ditetapkan oleh KPU.
Kenyataannya tidak satupun partai politik yang mampu mencapai suara 20 persen bahkan Partai Demokrasi Indonesia perjuangan (PDIP) sebagai pemenang pemilu legislatif hanya mampu meraup suara 18,70 persen padahal partai berlambang Banteng Mocong Putih itu sudah jauh-jauh hari menyiapkan Joko Widodo sebagai calon presiden dengan harapan bisa mencuri hati rakyat dan target perolehan suara sebesar 30 persen sebagai Jokowi Effect bisa tercapai. Ternyata hal itu tidak kesampaian juga.
Pasca penetapan perolehan suara secara nasional, PDIP dan Nasdem serta PKB langsung meleburkandiri dalam satu koalisi dan mendukung Jokowi menjadi calon presiden.
Kemenangan PDIP dalam pemilihan umum legislatif kali ini mengingatkan kita pada kemenangan PDIP dalam pemilihan umum legislatif tahun 2004, akan tetapi kemenangan itu tidak diikuti dengan kemenangan lanjutan pada pemilihan umum presiden. Partai Demokrat pada pemilu legislatif 2004 yang hanya meraup 7 persen suara ditambah dengan bentukan koalisi yang dibuat oleh partai demokrat dan beberapa partai lain mengusung SBY sebagai Presiden RI. SBY terpilih sebagai Presiden dengan Wakilnya Jusuf Kalla. Ini adalah kemenangan rakyat yang sangat realistis melihat peta politik bangsa.
Dalam perjalanan sejarah bangsa indonesia sebagai negara yang berdaulat, pemilihan presiden kali ini haruslah terbebas dari segala bentuk intervensi bangsa lain atau kepentingan pribadi dan golongan yang ikut campur dalam penentuan presiden. Oleh sebab itu setiap anak bangsa hendaknya berpikir dan merenung untuk kepentingan bangsa indonesia ke depan dengan mencermati segala kemungkinan-kemungkinan itu dengan melihat rekam jejak calon2 presiden nantinya.
PDIP-Nasdem-PKB dan Hanura telah menetapkan Jokowi sebagai calon presiden RI dengan Cawapres Jusup Kalla, menyusul Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dengan dukungan koalisi partai Gerindra-PAN-PPP-PKS. Dengan kata lain telah tercatat delapan partai politik yang mengusung dua calon presiden.
Kali ini yang perlu dicermati adalah langkah politik yang akan diambil oleh partai demokrat sebagai partai pemenang pemilu dan presiden pada tahun 2009 lalu. Pada pemilihan umum legislatif 2014 PD hanya memperoleh suara 11 persen. Untuk itu PD harus membuat poros tersendiri dalam percaturan politik melalui koalisi dengan partai Golkar yang hingga kini belum menetapkan pilihannya. Hal itu masih sangat memungkinkan untuk mencalonkan presiden dan wakil presiden. Poros baru yang bakal dibentuk itu bakal menambah riuhnya Pilpres kali ini.
Perolehan kursi DPR-RI partai Golkar DPR RI sebesar 91 kursi dan Partai Demokrat 61 Kursi, sehingga apa bila ditotal maka akan menjadi 152 Kursi sudah melampaui batasan mencukupi untuk bisa mencalonkan presiden RI.
Koalisi PD dan Golkar akan menjadi poros koalisi yang kuat dalam percaturan politik di tanah air tercinta ini. Gabungan warna biru dan kuning akan menjadi perpaduan warna yang memikat dalam cakrawala Indonesia apalagi jika capres yang diusung memiliki kharisma yang tidak diragukan lagi.
Semisal, koalisi ini mengusung Sri Sultan Hamengkubuwono X menjadi calon presiden dan Cawapresnya dari representasi militer, dipastikan pesta demokrasi kali ini akan bertambah semarak. Sri Sultan HB X dengan latar belakang sebagai kader sejati partai golongan karya dan keberadaannya pentas politik dan pemerintahan tentunya sudah tidak diragukan lagi.
Sri Sultan HB X adalah salah satu anak bangsa yang menjadi kebanggaan dan kecintaan masyarakat D.I. Yogyakarta, yang mana telah teruji dalam berbagai macam persoalan bangsa dan pemerintahan.
Sebagai bukti kecintaan masyarakat D.I. Yogyakarta terhadap Sri Sultan Hamengkubuwono X adalah ketika kurang lebih 6 juta penduduk D.I. Yogyakarta turun ke jalan membentuk Mimbar Maklumat Rakyat pada tanggal 26 Agustus 1998 , dan hasilnya adalah ketika masyarakat mendaulat Sri Sultan HB X sebagai gubernur pilihan rakyat pada 3 oktober 1998.
Sisi positif lain yang menjadi kelebihan Sri Sultan HB X tentang wawasan kebangsaan adalah satu pernyataan yang pernah dilontarkannya bahwa wawasan kebangsaan masa depan seharusnya merupakan pandangan pro-aktif untuk membangun bangsa menuju perwujudan cita-cita bersama sebagai suatu bangsa yang mandiri dan mampu mengembangkan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa sendiri.
Sri Sultan HB X saat ini adalah salah anak bangsa yang terbaik yang dimiliki oleh bangsa indonesia saat ini dan salah satu kader terbaik partai golongan karya. Sehingga sudah selayaknya Sri Sultan HB X menjadi Calon Presiden dari Partai Golongan Karya.
Partai Golkar pun harus realistis melihat elektabilitas ARB yang digadang gadang untuk diusung menjadi Presiden dan harus segera melalui Rapimnas mengubahnya dengan Sri Sultan HB X sebagai Calon Presiden. Dengan sendirinya Partai Demokrat sebagai koalisi akan menyiapkan calon wakil presiden yakni Pramono Edhie Wibowo.
Jenderal Pramono Edhie Wibowo adalah pensiunan Jenderal TNI dengan jabatan terakhir Pangkostrad sangat tepat dicalonkan sebagai wakil presiden mendampingi Sri Sultan HB X dalam pilpres nanti. Ada keserasian dalam berpikir dan bertindak di antara kedua tokoh ini. Latar belakang militer yang dimiliki oleh Pramono Edhie Wibowo akan terlihat perpaduan sipil dan militer yang kompak dalam artian capres dan cawapres yang masing2 memiliki leadership untuk memimpin bangsa dan negara ini 5 (lima) tahun kedepan.
Pramono Edhie Wibowo adalah putra dari Almarhum Sarwo Edhie Wibowo yang terkenal di masa hidupnya adalah seorang jenderal yang santun dan bersahaja namun penuh dengan disiplin. Hal inilah yang menjadikan Pramono Edhie Wibowo menjadi sosok yang bersahaja serta disiplin dan santun sampai membawa karir tertinggi dalam militer dan mencapai pangkat Jenderal.
Sri Sultan HB X dan Pramono Edhie Wibowo adalah paduan yang pas baik secara kesantunan maupun dalam mewakili representasi sipil – militer. Kedua kesamaan ini adalah modal dasar dalam memimpin negeri ini. Sosok yang sangat diharapkan untuk memimpin bangsa ini dalam era demokrasi karena keduanya sudah melalui berbagai ujian dan memiliki jiwa kepemimpinan.
Karir militer yang pernah di emban oleh Pramono Edhie Wibowo menjadikan sosok yang tegas dan penuh perjuangan dalam meniti karir sebagai prajurit Sapta Marga. Ilmu kepemimpinan yang dimiliki oleh beliau akan sangat bermanfaat ketika disandingkan sebagai cawapres dari Sri Sultan HB X.
Untuk itu setiap anak bangsa patut memberikan peluang bagi terbukanya poros baru, besutan Golkar dan PD dan memberikan dukungan penuh kepada Sri Sultan HB X sebagai Capres dan Pramono Edhie Wibowo sebagai Cawapres dalam pemilihan umum presiden dan wakil presiden Republik Indonesia bulan juli mendatang.
Keduanya memiliki bibit, bebet dan bobot yang lebih baik ketimbang semua calon presiden dan calon wakil presiden lainnya yang akan bertarung pada juli 2014 nanti. Sehingga kelak Indonesia akan mendapatkan pemimpin yang amanah dan yang dapat mengangkat derajat bangsa indonesia. Ini adalah ciri-ciri extraordinary State yang ada pada Sri Sultan HB X dan Pramono Edhie Wibowo. (***)
Oleh : Capt. Akbar Yahya Yogerasi, SE. M.Mar
Lulusan Terbaik Lemhannas RI Angkatan V
Untuk Partai Politik 2014