04/12/2024
Kisah Sukses

Kemandirian Sang Ibu Menjadi Cermin Meraih Sukses

HOBBY atau kegemaran adalah embrio dari suatu kesuksesan apabila dilakoni dengan penuh tanggung jawab dan keseriusan. Sebab bisnis yang berasal dari suatu kesenangan biasanya membawa pelakunya menjadi sangat enjoy dalam melaksanakannya. Karena itu, pahami dan dalami hobby yang kita miliki seperti yang sudah dibuktikan oleh berapa pengusaha sukses. Satu di antara ribuan orang ini adalah Tati Hartati, pemilik Rumah Dannis yang memproduksi pakaian muslim.

Berawal dari hobby menjahit dan jiwa usaha yang dia peroleh dari keprihatinan hidup semasa kecil. Hanya dengan modal awal Rp1 juta, kini Tati Hartati memiliki lebih dari 500 agen tersebar di seluruh Indonesia, dengan 1000 karyawan dan omset milyaran rupiah.

Kemandirian ibu kandungnya adalah contoh baginya dan mengajak perempuan asal Surabaya ini menekuni hobbynya dan mengarahkannya menjadi bisnis yang besar. Sewaktu kecil untuk membeli pakaian baru, orang tuanya sangat tidak mampu sehingga untuk bisa memiliki baju baru, sang ibu harus membuatkan sendiri baju untuk Tati dan juga saudara-saudaranya. Tati pun terbiasa mengenakan pakaian hasil jahitan sang ibu. Begitu pula ketika Hari Raya Lebaran tiba. Ketekunan dan ketelatenan sang ibu inilah yang menjadi ilham bagi Tati untuk memberanikan diri menjahit pakaiannya sendiri saat duduk di kelas empat sekolah dasar (SD).

Sejak itu pula Tati belajar mandiri. Setidaknya, dia tak lagi meminta uang jajan kepada orangtuanya lantaran dia bisa mencari uang sendiri dari jualan pakaian boneka dan tempat pensil. Apalagi hasil keterampilan tangan Tati semakin terkenal di kalangan teman-temannya.

Setelah lulus sekolah kejuruan, Tati masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tidak tanggung-tanggung, dia bisa kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) hingga berhasil meraih gelar insinyur kimia.

Setelah lulus kuliah, Tati bekerja di kantoran. Maklum, ketika itu sang ayah sudah memasuki masa pensiun dari sebuah badan usaha milik negara (BUMN). Tanggung jawab keluarga seolah berpindah ke pundak Tati.

Setelah menikah pada 1998, ternyata sang suami tidak mengizinkannya bekerja di kantoran. Larangan inilah yang menjadi dorongan kuat bagi Tati untuk berjualan pakaian buatan sendiri. Dengan modal Rp1 juta, Tati mulai merintis usahanya. Dia menggambar dan mendesain pakaian, kemudian dijahit dan dijadikan sebuah pakaian muslim. Itu semua dia lakukan di sela-sela kegiatan mengurus rumah dan anak. Setiap bulan, Tati mampu membikin 50 potong pakaian anak.

Baju anak hasil kreasinya mampu menembus pasar membuat Tati kian semangat. Dia juga mulai berani memasang merek Dannis pada baju bikinannya. Lantas, tumbuh kepercayaan dirinya untuk mengembangkan usaha. Tati mulai memproduksi pakaian muslim dewasa, mukena, hingga jilbab.

Tantangan baru timbul, karena toko-toko pakaian di Surabaya tidak mau menjual produknya. Pakaian muslim buatan Tati bukan segmen dari toko-toko pakaian itu. Dia lantas berpikir, produk Dannis harus jelas target dan segmentasinya. Kalangan menengah ke atas menjadi sasaran empuk bagi Tati. Untuk bisa membuat model baju dengan mode mutakhir, Tati rajin menonton acara mode di televisi, membuka majalah wanita, hingga jalan-jalan ke berbagai kota.

Kemampuannya berimajinasi soal model membuat busana Dannis selalu segar. Karena itu, tak perlu heran kalau bisnis Tati juga terus berkembang. Sekarang ini Tati mampu memproduksi 35.000 potong baju lebih dengan omzet lebih dari Rp2 miliar per bulan yang dikelola oleh lebih dari 1.000 orang karyawan dengan melibatkan 500 agen lebih yang tersebar di kota-kota besar. Dia menerapkan konsep kemitraan. (hasyim husein)

Leave a Comment