0.8 C
New York
06/02/2025
Opini

JEMBATAN SOEHARTO DAN POSDAYA

Oleh Prof. Dr. Haryono Suyono

BULAN lalu, Bupati Boalemo, Drs. H. Rum Pagau, mengadakan perhelatan yang  cukup besar. Kabupaten yang sangat jauh dari ibukota itu mengundang  Menko Kesra RI, Dr. HR Agung Laksono dan Ibu Silvy Agung Laksono disertai rombongan yang cukup besar. Di samping itu diundang juga puteri mantan Presiden RI yang kedua, Ibu Titiek  Soeharto, yang menjabat Pembina Yayasan  Supersemar disertai Ketua Yayasan serta Ketua dan Sekretaris Yayasan  Damandiri yang kebetulan mempunyai program dan kegiatan pemberdayaan  masyarakat di Kebupaten yang sama.

Diundang pula Gubernur Provinsi  Gorontalo, Walikota terpilih Makassar dan sejumlah tamu lain yang melimpah.

Peristiwa di akhir bulan Januari itu adalah ulang tahun kedua dari pasangan  bupati dan wakil Bupati mendapat mandat dan tanggung jawab memimpin Kabupaten yang dinamis itu. Tidak seperti biasa suatu ulang tahun diperingati dengan pesta pora, tetapi pada ulang tahun yang kedua itu pemerintah daerah menyajikan beberapa kegiatan untuk rakyat banyak.

Yang pertama  sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dibacakan doa syukur  disertai pembagian sebanyak 2014 paket sembako dan keperluan rakyat  banyak kepada keluarga kurang mampu di kabupaten Boalemo.

Keluarga  yang bersangkutan, yang dekat dengan ibukota Kabupaten, dihadirkan secara lengkap dengan keluarganya. Sisanya yang jauh dibagikan melalui Camat yang hadir lengkap di tempat upacara ulang tahun. Menko Kesra, Gubernur Gorontalo, Mbak Titiek dan tamu kehormatan lain  membagikan paket sembako itu secara tertib karena seluruh keluarga penerima telah diberi kupon dan secara bergiliran menerima paket itu dengan  suka cita.

Pemberian paket itu disaksikan oleh para pejabat teras kabupaten  yang ikut menyaksikan pembagian hadiah itu tanpa rasa iri karena pembagian  itu adalah semata-mata untuk memancing penerima agar bekerja keras dan  cerdas untuk dikemudian hari tidak perlu harus menerima pemberian gratis,  tetapi secara mandiri mencukupi keperluan sembako dan keperluan harian  lainnya.

Kepada keluarga yang rajin, suka menabung dan bekerja cerdas dan keras, bekerja sama dengan Yayasan Damandiri, Bupati Boalemo mengumumkan bahwa mereka dapat memperoleh dana pinjaman dari Bank BPD Sulut cabang  Boalemo tanpa agunan, tanpa bunga kecuali ongkos administrasi bank yang jumlahnya akan ditentukan agar bank dapat membayar biaya pelayanan yang  prima kepada nasabahnya.

Yayasan Damandiri, atas permintaan Bupati  Boalemo, akan menempatkan dana sekitar Rp. 2 milyar secara bertahap sesuai perkembangan dari peminat pada Bank BPD Sulut tanpa bunga, sehingga BPD dapat memberikan pinjaman dana sebesar maksimum Rp. 2 juta  sebagai kredit Tabur Puja kepada keluarga miskin yang bersatu dengan tanggung renteng bersama keluarga yang lebih mampu.

Disyaratkan bagi penerima untuk mengembangkan budaya gotong royong  dalam lingkungan Posdaya di desanya, menganut pola hidup sehat dengan rajin membersihkan sekitar rumahnya dan mempunyai tempat pembuangan kotoran agar kehidupannya tidak terganggu oleh penyakit, menyekolahkan semua anak usia sekolah yang dimilikinya dan mengikuti pelatihan  ketrampilan yang diadakan di desanya. Mereka diwajibkan membayar cicilan  secara teratur dan apabila berhalangan, tetangga yang menjadi mitranya sanggup membayar talangan terlebih dulu agar seluruh anggota Posdaya tidak mempunyai tunggakan.

Kegotong royongan dan solidaritas di antara  anggota Posdaya itu menjadi kunci dari Tabungan dan Kredit Tabur Puja yang  disediakan di Kabupaten Boalemo tersebut.

Sejak enam bulan lalu, Bupati, yang semula menjabat Ketua DPRD itu, telah  mengeluarkan Perda penamaan jalan dan jembatan yang sedang dibangun  membentang di Ibukota Kabupaten itu dengan nama HM Soeharto dan Ibu  Tien Soeharto. Dan ternyata selama enam bulan terakhir ini tidak ada reaksi negatif terhadap Perda itu sehingga pada Ulang Tahun kedua  kepemimpinannya, Bupati dengan penuh kebanggaan telah mendatangkan  Menko Kesra RI dan Ibu Titiek Soeharto serta Gubernur Gorontalo untuk  meresmikan Jembatan yang konon merupakan jembatan nomor dua terlebar  di seluruh Pulau Sulawesi dengan nama Jembatan HM Soeharto dan satu lagi  dengan nama Jembatan Ibu Tien Soeharto.

Penamaan jalan yang  membentang di antara dua jembatan itu sendiri sudah lama dinamai Jalan HM Soeharto.

Begitu tombol ditekan dan rangkaian bunga dipotong, rombongan para pejabat buru-buru pergi ke desa Piloliyanga, Kecamatan Tilamuta, untuk melihat salah satu kegiatan Posdaya yang dibangun sejak tahun yang lalu. Rakyat desa yang sederhana ternyata telah mampu mengembangkan pola hidup sehat dengan membuktikan bahwa kampungnya bersih rapi, pakaian dan dandanan keluarga anggota Posdaya sama sekali tidak kelihatan sederhana dan miskin karena mereka bisa mengembangkan ekonomi biru (blue economy) dengan mengolah segala sesuatu yang ada di desanya menjadi produk laku jual dan menguntungkan.

Wakil Bupati Boalemo, Lahmudin Hambali, yang memimpin rombongan dengan bangga menyatakan bahwa tamunya tidak disuguhi roti atau kue dari toko di kota, tetapi rebus singkong dan makanan yang diolah dari bahan yang  tersedia di desa.

Rasa nyaman memberi warna kunjungan singkat yang dipameri olah pelayanan kesehatan dan hasil pelatihan ketrampilan penduduk  sekitar yang berubah menjadi keluarga produktif. Mereka menghasilkan aneka produk mulai dari makanan kecil, bordir pakaian sampai kepada  intensifikasi lahan untuk pertanian dan pengembangan ikan dan lele di desa itu. Keluarga desa belajar hidup mandiri dan sejahtera. (Prof. Dr. Haryono Suyono, mantan Menko Kesra RI, www.haryono.com)

Leave a Comment