JAKARTA (Pos Sore) — Merebaknya kasus Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS CoV) di Timur Tengah menimbulkan kekhawatiran bagi mereka yang akan melakukan ibadah umrah/haji, atau sekedar bepergian ke tanah Arab.
Khusus untuk Indonesia, setiap tahun tidak kurang dari 200 ribu orang melakukan ibadah haji. Saat menjelang dan selama bulan Ramadhan banyak pula yang melakukan ibadaj umrah.
Jika tetap ingin melakukan perjalanan ke tanah Arab, maka biro perjalanan harus menyediakan dokter. Kalau tidak ada dokter, maka biro perjalanan harus mengetahui persis lokasi klinik atau rumah sakit terdekat saat berada di tanah Arab.
“Sehingga ketika ada jamaahnya yang sakit yang mencurigakan bisa segera dibawa ke klinik atau rumah sakit,” kata Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr. Zaenal Abidin, MH, di kantor IDI, Kamis (8/5).
Pihaknya mengakui, WHO sendiri belum mengeluarkan larangan bagi warga negara lain untuk masuk ke Arab. Namun, IDI berpandangan, jamaah haji dan umroh sebaiknya dimundurkan saja untuk jamaah lansia, penyakit kronis, keganasan kanker, defisiensi kekebalan tubuh, penyakit-penyakit terminal, ibu hamil dan anak-anak.
“Mereka ini beresiko tertular. Mass gathering, terkumpulnya jutaan orang di satu tempat pada satu saat yang sama, akan memudahkan transmisi penyakit. Karenanya, perlu meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan,” katanya.
Kalau berdasarkan pandangan pribadi, Zaenal lebih memilih menunda ibadah umrah, karena sunnah. “Daripada datang ke sana, terus sakit. Saya bisa melakukan ibadah-ibadah sunah lainnya yang nilai ibadahnya sama dengan umrah,” ujarnya. (tety)