AL-QUDS (Pos Sore) — Orang muslim kembali ditekan. Pemerintah Israel dikabarkan telah melarang suara azan dikumandangkan secara keras di berbagai masjid yang berada di wilayah Al-Quds (Yerusalem Timur).
Untuk itu, pemerintah Yerusalem akan memeriksa dan mengurangi volume mikrofon masjid guna menurunkan volume suara azan.
Kebijakan terbaru itu memicu kemarahan di kalangan orang muslim. Mereka bertekad akan menggagalkan rencana Israel yang ingin menggantikan identitas Islam di Yerusalem Timur yang merupakan kota suci ketiga bagi orang Islam.
“Suara azan akan selalu terdengar di berbagai menara masjid di Al-Quds, terutama dari Masjid Al-Aqsa,” ujar Sheikh Azzam al-Khatib, direktur jendral warisan muslim dan urusan Al-Aqsa, pekan ini.
Kemarahan umat Islam ini muncul menyusul laporan tentang UU baru yang dikeluarkan pemerintah kota Yerusalem untuk menurunkan volume azan di masjid-masjid yang berada di Al-Quds (Yerusalem Timur yang diduduki Israel) dengan dalih untuk mengurangi tingkat kebisingan.
Langkah itu dipandang sebagai upaya untuk menghapuskan identitas Islam di tanah sengketa. Menurut al-Khatib, skema kebijakan itu bagian dari upaya Israel untuk menghapuskan kebudayaan Islam di kota suci. “Bangsa Arab dan dunia Islam harus mencegah Israel men-Yudaisasi kota Al-Quds,” tambahnya.
Kecaman serupa juga dilontarkan mufti agung Yerusalem Muhammad Hussein. Menurutnya, hanya orang muslim yang berhak memutuskan masalah seperti itu.
Hussein menilai langkah ini bertujuan untuk menegaskan kedaulatan orang Yahudi di kota suci itu. “Masjid-masjid di Palestina pada umumnya dan di Yerusalem pada khususnya telah menjadi sasaran berbagai kampanye keji oleh otoritas pendudukan,” ujarnya.
Pemerintah pendudukan punya rencana sistematis untuk menghapuskan budaya dan warisan orang Arab dan Palestina dan menggantinya dengan ciri khas orang Yahudi.
Sebelumnya pemerintah kota Yerusalem telah mengumumkan tentang pembentukan satuan tugas khusus untuk mengukur tingkat kebisingan semua masjid di Al-Quds. Masjid-masjid yang dianggap memiliki volume suara yang keras akan ditangani dengan sebuah sistem screening untuk menjamin tingkat kebisingan yang rendah.
Untuk tahap awal, pilot project terhadap dua masjid di selatan Yerusalem diperkirakan berbiaya 57.000 dolar AS.
Sebelumnya, pemerintah Israel juga menurunkan volume suara azan di Masjid Al Ebrahimi di Hebron (Al Haram Al Shareef). Bahkan pada beberapa kasus, Israel telah memerintahkan penghapusan suara azan menyusul keluhan dari orang-orang Yahudi. Bulan lalu, pemerintah Israel telah 44 kali menghapuskan panggilan salat di Masjid Al Ebrahimi.
Al-Quds menjadi kediaman Al-Haram Al-Sharif, yang di dalamnya termasuk tempat ibadah tersulit ketiga dunia Masjid Al-Aqsa, dan menjadi jantung utama konflik antara bangsa Arab dan Israel.
Israel menduduki kota suci itu dan wilayah Tepi Barat dalam perang tahun 1967 dan kemudian mencaploknya dalam kebijakan yang tidak diakui masyarakat dunia atau resolusi PBB.
Sejak itu, Israel memberlakukan berbagai kebijakan penindasan untuk memaksa orang Palestina keluar dari kota itu. Termasuk pembongkaran sistematis rumah penduduk Palestina dan pembangunan permukiman Yahudi.(onislam/gulfnews/meidia)