Bagaimana cara Anda mendidik sang buah hati? Pernah atau sering mengatakan ‘Kamu ini anak bandel!’ Atau membanding-bandingkan dengan orang lain di depan anak? Sering juga mengingkari janji yang sudah diucapkan?
Hentikanlah gaya mendidik anak seperti ini, tegas mantan Ketua Umum Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Giwo Rubianto Wiyogo. Itu jika kelak tak ingin anak-anak bersikap seperti orangtua kala dewasa. Kebiasaan seperti ini tidak baik bagi tumbuh kembang sang anak. Anak jadi tidak memiliki karakter unggul.
Siapa yang tidak senang memiliki anak yang berkarakter? Tentu saja semua orangtua memiliki harapan besar, anaknya kelak tidak saja cerdas, tetapi melekat juga karakter unggul dalam sikap dan perilakunya.
Menurut Giwo yang bernama lengkap Sri Woerjaningsih, ini membangun karakter ibarat mengukir. Sifat ukiran akan melekat kuat di atas benda yang diukir. Tidak mudah usang tertelan waktu atau aus karena gesekan.
Kata Wakil Ketua Umum Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) ini, menghilangkan ukiran sama saja dengan menghilangkan benda yang diukir itu. Karena ukiran melekat dan menyatu dengan bendanya. Demikian juga dengan karakter, yang merupakan satu pola, baik itu pikiran, perasaan, sikap, maupun tindakan yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan.
“Proses membangun karakter pada anak juga ibarat mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga berbentuk unik, menarik, dan berbeda antara satu dengan yang lain,” tandas caleg DPR dari Partai Golkar ini.
Masa usia dini, masa keemasan. Masa terbaik dalam proses belajar yang hanya sekali dan tidak akan pernah terulang kembali. Pertumbuhan dan perkembangan karakter anak pada masa ini berlangsung sangat cepat. Menjadi penentu bagi sifat-sifat atau karakter di masa depan.
“Tak lupa luangkan waktu untuk bersosialisasi dengan lingkungan terpilih sehingga tumbuh percaya diri dan rendah hati,” tambahnya. (tety)