JAKARTA (Pos Sore) — Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi, optimistis Indonesia bebas HIV/AIDS pada 2030. Keyakinan ini didasari karena banyaknya tenaga konseling dan tes HIV di sejumlah puskesmas yang tersebar di Indonesia.
“Tahun 2006-2014 menunjukkan adanya tren penurunan kasus khususnya pada pengguna napza suntik dan pekerja seks. Ditambah lagi kualitas hidup yang baik yang memungkinkan ODHA (orang dengan HIV/AIDS) bisa terus hidup mencapai hampir 100 persen,” kata menkes saat membacakan laporan global pada konferensi AIDS di Melbourne, Australia, di Jakarta, Selasa (5/8).
Namun, menurut menkes, ada beberapa tantangan yang dihadapi pemerintah akibat seks antar sesama jenis (LSL) dan laki-laki berisiko tinggi (LBT) karena yang terkena HIV/AIDS meningkat. Data Kementerian Kesehatan mencatat, laki-laki yang melakukan seks atau `bermain` ke tempat pelacuran dan tidak mau menggunakan kondom meningkat dari 0,1 menjadi 0,7 atau 600 persen.
Direktur regional UNAIDS untuk wilayah Asia dan Pasific, Steve Kraus, juga optimistis. Menurutnya, upaya yang dilakukan Indonesia cukup signifikan dan patut diperhatikan. Program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) yang dilakukan Indonesia dinilainya cukup sukses.
“Semua hal ini disarankan lembaga kesehatan dunia untuk dilakukan secara global, ternyata sudah dilakukan oleh Indonesia,” katanya. Begitu juga dengan tes dan pengobatan terhadap penderita telah diberikan dengan sangat baik. Tes dan pengobatan tersebut aktif dilakukan di 3 negara, Thailand, Kamboja dan Indonesia.
Komitmen Indonesia untuk mendanai HIV/AIDS juga dinilai baik. Menurut laporan, 90 persen biaya penanganan HIV-AIDS di Indonesia ditanggung pemerintah. Sementara masih ada negara lain yang 100 persen bergantung pada luar negeri yang tak cukup efektif. (tety)