JAKARTA (Pos Sore) — Saat ini di Indonesia hanya Kalimantan dan Papua yang tidak mengalami krisis air bersih. Sementara di Jakarta maupun kota besar lainnya, baik kuantitas maupun kualitas airnya sudah rendah. Satu-satunya yang bisa menjadi sumber air hanya air permukaan.
Begitu persoalan yang mengemuka dalam seminar Co-Creation World Water Day di Auditorium Perpustakaan Universitas Indonesia, di Depok, Jawa Barat, Jumat (4/4). Seminar yang diadakan Lembaga Kemanusiaan PKPU dan ENVISHA UI (Environmental Health Student Association University of Indonesia) ini, dalam rangka menyambut Hari Air Sedunia.
Karenanya, Abdurrahman M, dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, menandaskan, pentingnya keterlibatan semua pihak, seperti dari pemerintah, kalangan akademis (dosen, mahasiswa), praktisi (NGO, swasta, social entrepreneur dalam mengatasi permasalahan air bersih.
“Tanpa melibatkan semua elemen, berbagai upaya mengatasi krisis air bersih tidak akan memperoleh hasil optimal. Perlu gerakan penghematan penggunaan air bersih. Air jangan dijadikan bisnis. Air bukan komoditas, jangan diperjualbelikan,” tandasnya.
Dirut PKPU, Agung Notowiguno, menyebut, masalah terbesar pada 2015 di Indonesia yakni harus melaporkan pada MDG’s Internasional tentang masalah air ini. Saat ini capaiannya baru 50 persen dari 68 persen dari target yang sudah ditetapkan.
Seminar dalam rangkaian kegiatan menyambut Hari Air Dunia dengan tagline ‘#SaveWater karena DIA Begitu Berharga’ dimeriahkan oleh Tari Saman dan Performance dari mahasiswa UI. (tety)