JAKARTA (Pos Sore) — Sejak Covid-19 mewabah di Indonesia, pemerintah pun menghimbau masyarakat untuk tinggal di rumah saja. Pelajar belajar di rumah, pekerja bekerja dari rumah. Tujuannya, untuk memutus mata rantai penyebaran virus korona yang bisa mengakibatkan kematian itu.
Tinggal di rumah, berarti keluarga banyak menghabiskan waktunya di rumah. Dan, ini artinya, peran perempuan, terutama kaum ibu, menjadi lebih optimal dalam mendampingi keluarga di rumah agar ketahanan keluarga juga semakin kuat di tengah terpaan penyakit yang disebabkan virus korona.
Karenanya, Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd mengajak seluruh perempuan dalam hal ini para ibu untuk mengedepankan perannya sebagai Pilar Ketahanan Keluarga untuk menjadikan keluarga sebagai “pusat aktivitas dan pusat kebahagiaan”.
“Para ibu harus mampu menjadi motor dan dinamisator dalam keluarga, sehingga kegiatan untuk tetap di rumah saja bisa menjadi sesuatu yang “menyenangkan” bagi seluruh keluarga,” tutur Giwo Rubianto saat tatap muka virtual dengan pengurus Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) dari 34 propinsi dari seluruh penjuru Tanah air/Nusantara, Rabu (29/4/2020).
Tatap muka virtual ini untuk berkoordinasi dan evaluasi bantuan apa yang telah diberikan kepada masyarakat dalam masa pandemi Covid-19. Gabungan organisasi di tingkat propinsi ini hadir menyampaikan programnya pada masa Covid-19 ini. Sebagaimana diketahui Kowani adalah federasi organisasi perempuan di tingkat pusat yang memayungi 98 organisasi anggota dengan 87 juta anggota yang tersebar di seluruh Indonesia.
Meski hubungan yang terjalin antara Kowani dengan BKOW seluruh Indonesia tidak memiliki hubungan struktural organisasi secara berjenjang dari tingkat pusat ke tingkat daerah, namun Kowani dan BKOW bersepakat untuk bersatu padu dalam memperjuangkan kemajuan dan kemartabatan perempuan. Yakni sebagai mitra kepanjangan tangan Kowani dalam menjalankan program umum agar dapat mencapai akar rumput.
“Melalui kolaborasi serta sinergi antara Kowani dan BKOW tentunya diharapkan mampu menghasilkan hubungan timbal balik yang yang simbiosis mutualisme untuk saling mengisi dalam konteks asah, asih, asuh, ajar, amal dan akrab,” tutur Giwo seraya mengatakan kekuatan sekitar 87 ibu inilah yang bisa dikerahkan untuk melawan Covid-19.
Di hadapan para ibu BKOW, Giwo menyampaikan berdasarkan Kongres Perempuan Indonesia kedua di Jakarta pada 1935, menetapkan kewajiban utama wanita Indonesia adalah menjadi Ibu Bangsa. Di pundak perempuan dipercayakan untuk mempersiapkan generasi muda sebagai penerus yang kreatif, inovatif, unggul dan militan.
“Juga mempersiapkan generasi yang sehat jasmani dan rohani, memiliki jiwa nasionalisme yang kokoh dan teguh, serta mampu menjaga moral keluarga dan masyarakat yang mampu menjaga alam untuk anak cucunya sehingga mampu menggerakkan ekonomi keluarga dan masyarakat,” ujarnya.
Giwo menyampaikan dengan para ibu mampu memerankan diri sebagai ibu rumah tangga yang inovatif, kreatif dan bahkan atraktif rumah pun menjadi “home sweet home” sehingga tercipta suasana layaknya di “surga”. Ini menandakan, sumbangsih perempuan menjadi sangat nyata dalam menghadapi Covid-19.
Itulah hakekat dan makna dari kehadiran perempuan sebagai “hero of family” dan itu seperti yang tertuang dalam lagu Indonesia Raya ‘di sanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku’. “Ya kita harus mampu menjadi pandu dan perintis yakni agen of solution di setiap situasi betapa sangat membanggakan dan bermanfaatnya di saat kita mampu mendemonstrasikan peranan itu,” tuturnya.
Giwo menyebutkan, hingga Selasa (28/4/2020), data Covid-19 menunjukkan jumlah kasus positif telah mencapai lebih dari 9.500 kasus, sebanyak 773 di antaranya meninggal dunia. Jumlah pasien dalam pengawasan telah mencapai 20.428 dan orang dalam pengawasan berjumlah 213.644 orang.
Pandemi Covid-19 juga telah terkonfirmasi di 213 negara/kawasan dengan jumlah kasus sebanyak 2.883.603 kasus Positif Covid-19 serta sekitar 198.842 kasus kematian. Menurut data penelitian yang dikeluarkan pada tanggal 26 April 2020 oleh Data Driven Innovation Laboratory dari Singapore University of Technology and Design mengenai kapan virus Corona/Covid-19 di dunia akan berakhir.
Desain itu memperkirakan Indonesia akan mulai memasuki periode 97% berakhir atau disortir pada 7 Juni 2020, 99% berakhir pada 24 Juni 2020, dan 100% berakhir pada 7 September 2020. Data dan hasil kajian tersebut membutuhkan dukungan dari semua pihak termasuk kaum perempuan untuk mentaati semua program penanggulangan Covid-19 yang dilakukan oleh pemerintah.
“Sebagai ibu rumah tangga, dalam konteks kesehatan keluarga maka kita adalah ibarat konduktor dan pilotnya. Karena itu, mari kita rapatkan barisan untuk mendukung pemerintah dalam segala bidang, khususnya untuk menghadapi Covid-19,” tukas Giwo.
Giwo pun kembali mengingatkan, betapa vital peran perempuan dalam kesehatan keluarga. Perempuan sesungguhnya adalah kunci dalam penanggulangan pandemik Covid ini. Karena setiap perempuan harus berjuang menyelamatkan keluarganya agar tidak terkena virus Corona dengan cara mematuhi protokol kesehatan serta taat terhadap peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
“Tugas perempuan di tengah pandemim Covid-19 ini memang cukup berat, Kowani dan BKOW harus turut membantu keluarga Indonesia, agar mampu keluar dari situasi yang amat berat ini melalui dukungan terhadap program-program pemerintah ataupun melaui edukasi, bantuan langsung, penanganan korban terpapar virus Corona dan korban terdampak,” tegasnya.
Dalam tatap muka virtual itu, Giwo kembali mengingatkan kebijakan umum Kowani dari hasil Kongres Kowani ke XXV Desember 2019, Dewan Pengurus Kowani masa bhakti 2019-2024 memiliki tiga dimensi tugas utama. Pertama, Kowani sebagai wadah penghimpun serta penyalur aspirasi dan potensi wanita dalam melaksanakan peran dan partisipasinya untuk pembangunan bangsa didalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kedua, Kowani sebagai kekuatan sosial mempunyai hak, tanggung jawab dan kewajiban untuk melaksanakan pengawasan dalam mewujudkan tuntutan reformasi. Ketiga, Kowani sebagai lembaga yang mewakili wanita Indonesia yang tergabung di dalamnya mengoptimalkan kinerja gotong royong memperkokoh jaringan kerjasama di tingkat nasional, regional maupun internasional.
Menurutnya, ketiga dimensi tersebut menjadi panduan sekaligus tuntunan bahkan ‘tuntutan panggilan’ untuk terus menorehkan bakti dalam berkontribusi dan terus membangkitkan semangat perbaikan serta pemajuan martabat perempuan. Untuk itu, perempuan harus cerdas, kreatif, inovatif, adaptif dan adoptif dalam melakukan kewajibannya sebagai Ibu Bangsa.
“Salah satunya dengan mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan dan perkembangan zaman, termasuk didalamnya adalah dinamika era Industri 4.0 dan Society 5.0,” sebutnya. (tety)