JAKARTA (Pos Sore) — Panggung politik tanah air diwarnai dengan bermunculannya artis sebagai calon anggota legislatif tingkat pusat dan daerah. Entah kapan mereka menjadi anggota partai politik. Ketika penetapan caleg, nama-nama artis lantas bermunculan. Ada juga caleg yang kesannya asal memenuhi admistrasi saja.
Di mata Giwo Rubianto Wiyogo, Wakil Ketua Umum Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG), tak masalah artis menjadi caleg. Semua keputusan tergantung kebijakan masing-masing partai. Tapi, harus diingat, artis tersebut memiliki kapasitas yang memadai.
“Artis-artis sih oke, tapi kembali lagi harus yang mempunyai visi misi untuk menjalankan amanah rakyat, dapat mengemban tugas untuk kepentingan rakyat dan meningkatkan kesejahteraan kejayaan bangsa negara Indonesia,” kata mantan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) ini, kepada Pos Sore, di Jakarta, kemarin.
Partai, katanya, jangan hanya melihat popularitas untuk memutuskan seorang artis menjadi caleg. Partai juga harus melihatnya dari sisi kualitas, dan karakter pribadi. Popularitas seorang artis bukan jaminan akan mendongkrak suara pemilih.
Selain itu, caleg tersebut juga harus mendapatkan pembekalan, diberi pendidikan dan latihan bagaimana bersikap sebagai seorang. Diasah kemampuan komunikasi, wawasan, dan segala hal.
“Apakah artis A, atau B, memiliki kapasitas sebagai caleg, saya tidak bisa berkomentar, biarkan saja masyarakat yang menilai,” tambah Giwo yang memiliki nama lengkap Sri Woerjaningsih ini.
Caleg DPR dari Partai Golkar ini menambahkan, seseorang juga harus bisa mengukur dirinya apakah sudah layak? Sebaiknya yang mapan secara ekonomi saja yang maju sebaik caleg. Dengan begitu, ketika terpilih, tidak akan menggunakan jabatannya untuk memperkaya diri sendiri.
“Seorang caleg juga harus dipersiapkan kesehatan jiwanya. Ketika tidak terpilih, jiwanya tak terguncang, dan ketika terpilih, jiwanya tetap tidak terpengaruh oleh hal-hal yang bisa menjerumuskan dirinya,” tandas Giwo yang kerap blusukan ke Jakarta Barat, Jakarta Utara & Pulau Seribu, yang menjadi dapilnya. (tety)