3.3 C
New York
19/01/2025
Aktual Opini

Dokter Kecil Award IDI dan Piala Bargilir Ibu Negara

Oleh: Zaenal Abidin

Sejak tahun 2008, setiap menjelang bulan Mei seluruh jajaran IDI, dari pusat sampai ke daerah sibuk menyiapkan kegiatan Hari Kebangkitan Nasional dan Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI). Bahkan, di beberapa daerah kesibukan tersebut sudah mulai terlihat pada bulan Januari.

Sebagaimana diketahui pada puncak acara “Seabad Kebangkitan Nasional dan Seabad Kiprah Dokter Indonesia”, 28 Mei 2008, bertempat di Istana Negara, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan secara resmi untuk mendukung tanggal 20 Mei menjadi Hari Bakti Dokter Indonesia.

Salah satu kegiatan yang cukup menyita perhatian tahun 2008 dan tahun-tahun berikutnya adalah Dokter Kecil Award. Pasalnya, karena kegiatan IDI ini melibatkan banyak instansi dalam seleksinya. Mulai dari pihak sekolah, pukesmas, dinas pendidikan, dinas kesehatan, Palang Merah Indonesia, dan lainya, termasuk media massa. Seleksi dilakukan secara bertingkat, mulai dari kabupeten/kota, provinsi, dan selanjutnya tingkat nasional.

 

Mengapa Dokter Kecil Award?

Pada suatu pertemuan awal 2008, hadir dr. Fachmi Idris (Ketua Umum PB IDI, 2006-2009), Bang Amir Hamzah Pane, dan penulis sendiri. Kami mendiskusikan kira-kira kegiatan apa yang dapat melibatkan anak sekolah. Sebab, kami terasa ada sesuatu yang kosong, karena belum ada satu pun kegiatan yang dapat melibatkan sekolah dan anak sekolah. Padahal, bila kita ingin menciptakan perilaku dan budaya sehat, mestinya harus di mulai sejak dini.

Penulis teringat pernyataan seorang pejabat ketika membuka seminar pengendalian masalah rokok sekitar tahun 2005. Pejabat itu mengatakan bahwa ia berhenti merokok karena cucunya yang masih Taman Kanak-Kanak (TK) menolak digendong sebab kakeknya bau rokok (merokok). Penolakan tersebut membuat sang kakek yang juga pejabat terdiam lalu sadar. Artinya, anak kecil atau anak sekolah pun bila diajari perilaku hidup sehat akan mampu menyadarkan orang dewasa untuk berperilaku hidup sehat.

Tidak salah bila menurut Sarafino, E.P., 1998 (dalam Liftiah, 2012), ”Sekolah dianggap sebagai tempat yang unik untuk mempromosikan kesehatan, sebab sekolah adalah tempat mendidik dan mengajar anak, termasuk tentang perilaku yang sehat dan tidak sehat, serta konsekuensinya.” Karena itu, kami menyepakati untuk memasukkan kegiatan Dokter Kecil Award sebagai bagian dari kegiatan “Seabad Kebangkitan Nasional dan Seabad Kiprah Dokter Indonesia.”

Dua hari kemudian, kami (Amir Pane, Fachmi, dan penulis) berjumpa dengan Ira Koesno dalam tim Irakoesnocommunications di kawasan Pondok Indah. Tercetus ide untuk membuat lomba Dokter Kecil. Dengan harapan, IDI dapat menghidupkan serta menggairahkan kembali program Dokter Kecil yang ada di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI). Kami tawarkan pula kepada Irakoesnocommunications untuk dapat membantu sebagai event organizer (EO).

Setelah pertemuan itu, maka lengkaplah kegiatan IDI untuk menyongsong “Seabad Kebangkitan Nasional dan Seabad Kiprah Dokter Indonesia.” Pekerjaan berikut adalah PB IDI harus membentuk panitia yang bersifat umum (untuk seluruh kegiatan) dan panitia untuk masing-masing kegiatan, termasuk panitia Dokter Kecil Award.

Tahun 2008, kegiatan Dokter Kecil Award masih berskala DKI Jakarta. Artinya, dokter kecil yang ikut lomba merupakan hasil seleksi dari SD/MI di lima Kota dan satu Kota Admistratif (Pulau Seribu). Walau baru berskala DKI Jakarta bukan berarti panitia Dokter Kecil Award ini tidak sibuk. Mereka sibuk menyusun proposal dan mencari sponsor juga melobi ke mana-mana. Termasuk mengusahakan Piala Begilir Ibu Negara serta berbagai hadiah hiburan untuk peserta.

Sementara itu, panitia tim kurikulum juga tidak kalah sibuknya. Sebab mereka harus merancang kegiatan, membuat buku panduan, menyusun kurikulum dan membuat tata cara penilaian. Mereka juga membuat parameter program serta penerapannya agar kelak diminati oleh murid-murid SD/MI.

Materi yang disajikan di dalam kurikulum dokter kecil meliputi: Kesehatan lingkungan, kebersihan perorangan, kesehatan pribadi, gizi, kesehatan gigi dan mulut, pertolongan pertama pada kecelakaan (p3k), pengenalan dan pencegahan penyakit, imunisasi, kesehatan mata, bahaya rokok, penyalahgunaan napza, pencegahan kejahatan seksual, pengenalan dini risiko bencana, teknik komunikasi. Pada 2009 kurikulum dokter kecil makin dikembangkan sampai pada pembekalan leadership.

Supaya kegiatan Dokter Kecil Award dapat dikenal luas oleh masyarakat maka panitia pun merancang logo khusus. Dan, untuk meriahnya panitia membuat agenda tambahan. Seperti kunjungan ke stasiun tv, radio, media cetak, Museum Kebangkitan Nasional (gedung Stovia), Monumen Nasional (Monas), kantor PB IDI, ramah-tamah dengan Gubernur DKI Jakarta, dan lainnya.

PB IDI sangat sadar bahwa dokter kecil ini adalah murid SD/MI. Bukan dokter yang sebenarnya. Bahwa kelak setelah dewasa ada yang menjadi dokter itu soal lain. Karena itu, yang lebih penting adalah menanamkan perilaku hidup sehat, menumbuhkan jiwa ingin menolong, serta mendorong pembentukan kelompok sebaya untuk saling belajar menciptakan budaya hidup sehat. Tentu saja melatih untuk memimpin teman sebayanya.

Setelah semua persiapan usai, maka langkah berikut adalah sosialisasi. Menjelaskan tujuan kegiatan, kurikulum, jenis kegiatan melalui media massa. Giat mengadakan pertemuan dengan IDI Wilayah dan seluruh IDI Cabang Se-DKI Jakarta. Melakukan pendekatan personal kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kepada Dinas Kesehatan DKI Jakarta bahkan kepada Sudin Se-DKI Jakarta.

Selain pendekatan personal, PB IDI dan panitia pun beraudiensi dengan Gubernur DKI Jakarta serta menyurat kepada Walikota Se-DKI Jakarta untuk mendapatkan dukungan agar kegiatan Dokter Kecil Award yang pertama ini sukses. Sebab, bila penyenggaraannya sukses maka harapan tahun 2009 dapat diselenggaran secara nasional.

Pada saat grand final 2008 peserta terbaik putra dan putri Se-DKI dikarantina selama tiga hari sambil diberi kembali pembekalan dan saat pun penilaian sudah berlangsung. Sementara orang tua dan guru pendamping yang hadir juga mendapatkan pembekalan khusus tentang kesehatan.

Setelah 2009, karena penyelenggaraan sudah bersifat nasional maka peserta grand final merupakan perwakilan dari seluruh provinsi di Indonesia. Mengumpulkan dokter kecil putra dan putri dari berbagai latar belakang sosial, budaya, dialek, dan cita-cita yang berbeda tentu membawa keseruan tersendiri.

Belum lagi adanya perbedaan waktu daerah asal. Pada malam hari, pada saat peserta dari Papua, Maluku, NTT sudah mulai mengantuk, peserta dari Sumatera justru sedang segar-segarnya. Sebaliknya, pada pagi hari peserta Papua, Maluku, NTT sudah siap mengikuti kegiatan, peserta dari kawasan barat Indonesia masih mengantuk.

Piala Bergilir Ibu Negara

Piala Bergilir Ibu Negara sangat berarti bagi keberadaan Dokter Kecil Award ini. Apalagi sejak awal memang dirancang untuk menghadirkan Piala Bergilir tersebut. Piala Bergilir ini memberi semangat tersendiri kepada peserta, sekolah, guru pendamping, orang tua. Dan tentu saja semangat kepada pantia, Pengurus IDI Cabang dan IDI Wilayah yang dengan setia mendampingi dokter kecilnya.

Penyerahan Piala Bergilir Ibu Negara diselenggarakan pada puncak acara Grand Final. Setelah semua lomba dan lomba usai diselenggarakan. Peserta yang memperoleh Juara I, selain mendapatkan piala bergilir juga mendapatkan piala tetap, hadiah hiburan, sertifikat dari panitia.

Sementara juara II, III, dan harapan mendapatkan piala tetap, hadiah hiburan, dan sertifikat. Peserta grand final yang belum beruntung menjadi juara tetap mendapatkan hadiah hiburan dan sertifikat dari panitia. Karena itu, pada saat penerimaan hadiah semua tampak ceria. Walau keceriaan itu tentu tidak berlangsung lama sebab ini juga pertanda bahwa acara perpisahan makin dekat.

Selain berbagai hadiah di atas, juara Dokter Kecil Award 2008 yang berjumlah lima anak ini punya kesan dan keistimewaan sendiri. Sebab mereka mendapat undangan khusus dari Istana Negara untuk menghadiri puncak acara, “Seabad Kebangkitan Nasional dan Sebad Kiprah Dokter Indonesia.” Di Istana, mereka berkesempatan berbincang langsung dengan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara, Ani Yudhoyono (Almarhumah).

Catatan Akhir

Setelah pergantian kabinet dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara dari Ani Yudhoyono ke Ibu Iriana Joko Widodo kegiatan Dokter Kecil Award tetap berlangsung.

Bahkan tahun 2018, PB IDI sempat menyelenggarakan “Satu Dekade Dokter Kecil Award”, dengan menghadirkan para mantan juara untuk berbagi cerita dan pengalaman. Bahwa saat pandemi Covid 19 tidak terselenggara, tentu bukan berarti bahwa Dokter Kecil Award sudah tidak ada atau berhenti.

Dokter Kecil Award sangat baik dan bermanfaat dalam pembentukan perilaku dan budaya hidup sehat anak sekolah. Bahkan berguna setelah ia remaja dan menginjak usia dewasa. Karena itu penulis merekomendasikan sebagai berikut:

Pertama, PB IDI di bawah kepemimpinan dr. Moh. Adib Khumaidi (Ketua Umum) dan dr. Ulul Albab (Sekjen) kembali menyelenggarakan Dokter Kecil Award 2023, sebagai bagian HBDI ke-115. Penulis tahu persis bahwa kedua pimpinan IDI ini sangat paham Dokter Kecil Award, sebab sejak awal terlibat aktif dalam perancangannya.

Kedua, PB IDI hendaknya terus mengembangkan kurikulum Dokter Kecil Award IDI, menyesuaikan dengan perkembangan kesehatan masyarakat terkini, khususnya kesehatan anak dan sekolah.

Ketiga, Ini sangat penting. PB IDI segera beraudiensi dengan Ibu Negara, Ibu Iriana Joko Widodo untuk menyampaikan rencana pelaksanaan Dokter Kecil Award 2023. Semoga beliau ada waktu dan berkesempatan untuk hadir menyerahkan Piala Bergilir Ibu Negara.

Wallahu a’lam bishawab.

(Penulis adalah Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia, periode 2012 – 2015)

Leave a Comment