JAKARTA (Pos Sore) – Meski virus Ebola belum masuk ke Indonesia, tetapi Kementerian Kesehatan telah menyiapkan laboratorium untuk menghadapi pandemic tersebut.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes Prof Tjandra Yoga Aditama memastikan bahwa standar dari laboratorium Kemenkes telah mampu mendeteksi ada tidaknya virus Ebola. “Kita sudah punya laboratorium dengan standar yang sangat bagus,” jelas Tjandra, di Jakarta.
Diakui untuk mendeteksi virus ebola, selama ini Badan Kesehatan Dunia (WHO) menggunakan laboratorium Bio Safety Level (BSL)- 4. Meski begitu, laboratorium Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan yang masih BSL-3, bisa tetap digunakan untuk mendeteksi virus ebola. “Standar BSL-3 tetapi prosedur kita sudah setara BSL-4,” lanjut Tjandra.
Untuk itu, laboraorium Biomedis telah disiagakan 24 jam untuk menerima specimen dari orang-orang yang dicurigai menderita ebola, termasuk MERS dan jenis influenza lainnya.
Hingga saat ini, jelas Tjandra, dunia kedokteran belum menemukan obat maupun vaksin untuk mengatasi ebola. Penggunaan terapi ZMapp pada 2 kasus Ebola di Amerika yang kini membaik masih menuai kontroversi. Alasannya ZMapp belum melalui uji klinis dan baru diujicobakan pada binatang tikus. (tety)