Film ’99 Cahaya di Langit Eropa – Part 2′ yang menggambarkan keragaman dan kekayaan warisan budaya Eropa, mendorong delegasi Uni Eropa menonton tayangan premier film itu di XXI Epicentrum, Jakarta, Senin (3/3) malam.
Cerita yang merefleksikan pentingnya toleransi antar umat beragama, serta promosi terhadap pendidikan tinggi di Eropa itu disutradarai Guntur Soeharjanto. Diadaptasi dari novel terlaris hasil karya penulis Hanum Salsabiela Rais dan suaminya Rangga Almahendra.
Film ini menceritakan pengalaman mereka ketika hidup di Austria sewaktu Rangga sedang menempuh program doktoral di Vienna University of Economics and Business. Film ini menggambarkan perjalanan mereka dalam mengeksplorasi warisan budaya Islam di Austria, Prancis, Spanyol dan Turki.
Colin Crooks, Wakil Kepala Delegai Uni Eropa, mengatakan, warisan budaya adalah titik acuan dari masa lalu. Hal ini membantu kita memahami sejarah. Warisan budaya juga bagian integral dari masa kini dan masa depan, yang mencerminkan keragaman masyarakat saat ini dan menunjukkan pada kita apa yang dapat diraih ketika kebudayaan saling bertemu dan menginspirasi satu dengan lainnya.
“Film ini berhasil mengulas warisan dan peninggalan Islam di negara-negara Eropa, suatu warisan yang kurang diketahui oleh banyak orang diantara kita. Hal ini mengingatkan kami, sebagai orang Eropa, bahwa Islam bukan saja suatu jalan hidup tetapi merupakan bagian yang integral dan penting dalam sejarah kami,” katanya.
Film itu, katanya, mengingatkan semboyan Uni Eropa ‘Bersatu dalam Perbedaan’, yang mirip pula dengan semboyan Indonesia ‘Bhinneka Tunggal Ika’, suatu semboyan yang perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (tety)