BEKASI (Pos Sore) – Biaya hidup di Kota Bekasi dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan hingga 82,45 %. Peningkatan signifikan itu menjadikan Kota Bekasi di peringkat 5 di antara 82 kota se-Indonesia. Hal itu terungkap berdasarkan survey yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS).
“Peningkatan biaya hidup itu mengalami lonjakan yang semakin tinggi” kata Kepala Badan Pusat Statistik Kota Bekasi Slamet Waluyo ditemui dikantornya. Dijelaskan, seiring dengan pertumbuhan ekonomi di kota Bekasi dengan kebutuhan
biaya hidup yang semakin tinggi saat ini hingga mencapai Rp 5.770.710,-/bulan untuk keluarga yang punya anak rata-rata 4 orang. Angka ini menempatkan Kota Bekasi pada peringkat 11 di antara kota yang disurvey dengan biaya hidup tertinggi
di Jawa Barat, dengan posisi Kota Bekasi berada di bawah Kota Depok.
“Berdasarkan itu hasil Survey Biaya Hidup yang dilakukan tahun 2012 yang memunculkan angka sebesar Rp 3.162.931. Dalam lima tahun lonjakannya sampai 82,45 persen,” kata Slamet.
Peningkatan biaya hidup ini setidaknya dipengaruhi tiga hal, mulai dari perkembangan zaman, perubahan struktur ekonomi, hingga pergeseran pola konsumsi.
Perkembangan zaman yang tumbuh dengan pesat membuat kebutuhan individu pun turut meningkat. Barang-barang yang semula masuk kelompok kebutuhan tersier pun kini telah bergeser menjadi kebutuhan sekunder bahkan primer. “Misalnya saja ‘handphone’. Pada survey sebelumnya barang ini masih dianggap mewah. Namun kini, hampir semua orang bahkan tukang becak sekalipun sudah memilikinya,” katanya.
Kepemilikan kendaraan juga merupakan kebutuhan yang telah bergeser dan turut mendongkrak besaran biaya hidup. Walhasil, untuk di kota maju layaknya Kota Bekasi, kebutuhan nonpangan lebih mendominasi dibandingkan kebutuhan untuk makanan.
“Di Kota Bekasi, komposisinya 37,39 % untuk makanan dan 62,61 untuk nonmakanan,” ucapnya.
Kemudian, perihal pergeseran pola konsumsi, turut dipengaruhi oleh posisi Kota Bekasi yang bersebelahan dengan DKI Jakarta. Tanpa disadari, secara perlahan gaya hidup warga Kota Bekasi turut terpengaruh layaknya warga ibukota. Dalam hal ini, Slamet mencontohkan makin seringnya warga mengonsumsi makanan cepat saji di restoran atau warung akan dapat membuat biaya hidup meningkat karena pengeluaran untuk mengonsumsi makanan jauh lebih besar.
Sementara perubahan struktur ekonomi bisa terlihat dari peningkatan pendapatan perkapita warga. Dengan bertambahnya upah yang diterima, kesejahteraanpun meningkat, hingga akhirnya berkorelasi positif dengan peningkatan pengeluaran dan
biaya hidup.(idas)