WASHINGTON (Pos Sore) — Berkat teknologi telepon seluler yang makin canggih dan kemudahan berbagi foto dan video dengan hanya sentuhan jari, aplikasi layanan pengobatan ikut meningkat.
Kini aplikasi layanan kesehatan semakin banyak menggunakan jasa ponsel. Baru-baru ini sebuah aplikasi di ponsel memungkinkan pasien melakukan sebuah elektrokardiogram (EKG) hanya dengan merasakan denyut elektrik di tangan Anda dan hasilnya dikirim ke dokter.
“Ini alat yang bagus,” kata E.B. Fox, yang menggunakan monitor jantung dan aplikasi dari AliveCor untuk melacak arrhytmia yang dideritanya.
Pria asal California Utara ini mulai menggunakan alat itu sejak Oktober lalu. Bila mengalami masalah, ia dapat mengirim imel hasil pengamatan monitor itu ke dokter untuk dievaluasi menggunakan ponsel cerdas.
Cara ini dapat menghemat biaya karena ia tak perlu setiap saat berobat ke dokter. Monitor jantung itu hanyalah salah satu contoh kemajuan di era industri kesehatan mobile atau mHealth, yang telah mengubah cara dokter mempraktekkan pengobatan dan cara pasien menangani putusan medis.
“Aplikasi mobile adalah salah satu perangkat mHealth yang membantu untuk menghubungkan konsumen dan pasien dalam layanan kesehatan mereka sendiri,” ujar David Collins, direktur senior divisi mobile di LSM Healthcare Information and Management Systems Society.
Aplikasi mobile ini diharapkan dapat menurunkan biaya perawatan kesehatan. Bisnis layanan kesehatan seperti rumah sakit dan perusahaan asuransi biasanya berfokus pada kuantitas dengan menghitung jumlah pasiennya prosedur layanan.
Namun ketika terjadi pergantian sistem dan perusahaan mulai meningkatkan kualitas perawatan, berbagai faktor seperti apakah pasien kembali ke rumah sakit dalam waktu 30 hari setelah pengobatan mulai masuk dalam hitungan dan dapat mempengaruhi pembayaran asuransi untuk pelayanan.
Idenya adalah bila pasien memantau kesehatannya sendiri dengan menggunakan aplikasi mobile dan peralatan lain, data tambahan dapat mengurangi jumlah kunjungan ke dokter dan membuatnya lebih efektif.
Lembaga The Scripps Translational Science Institute di California kini sedang mempelajari sebuah studi tentang hubungan antara biaya medis dan perkakas medis mobile, khususnya pada pasien pengidap penyakit kronis.
Responden mendapatkan sebuah ponsel iPhone dan peralatan lain, seperti monitor tekanan darah, monitor jantung atau alat pengukur kadar glukosa untuk melacak tekanan darah tinggi mereka, arrhythmia atau diabetes selama enam bulan.
Ketua peneliti Cinnamon Bloss mengatakan timnya melakukan penelitian dengan seksama untuk melihat berbagai hal. Peneliti melihat apakah dengan memantau sendiri gejala-gejalanya, pasien dapat menghindari perjalanan yang tidak perlu untuk berkunjung ke dokter atau kamar darurat seperti yang dialami Fox.
Setelah beberapa bulan penelitian, Bloss melihat salah satu masalah yang muncul sekalipun pasien sudah menggunakan aplikasi kesehatan mobile yaitu kepatuhan pasien.
“Kami sudah menawarkan telepon dan peralatan gratis. Tapi banyak pasien tak mau repot dan tidak melakukan monitor tepat waktu,” ujar Bloss.
Menurut Iltifat Husain, pendiri situs website kajian ulang aplikasi medis, iMedicalApps.com, kurangnya kepatuhan menjalani perawatan dapat menimbulkan konsekuensi kesehatan dan finansial bagi pasien.
“Pasien yang tidak patuh pada anjuran dokter justru merugikan sistem layanan kesehatan hingga miliaran dolar. Saya melihat pasien yang datang dalam keadaan koma karena diabetes lantaran mereka tidak patuh pada aturan minum obat dengan benar,” ujarnya.
Dengan semakin canggihnya teknologi ponsel cerdas, meningkat pula temuan perkakas kesehatan mobile, termasuk untuk orang Amerika berusia lanjut.
Kualitas aplikasi medis berkembang pesat dalam dua tahun terakhir karena meningkatnya kesadaran orang akan penggunaan aplikasi medis.
Selain itu juga adanya panduan dari Badan Pengatur Pangan dan Obat Amerika FDA pada September lalu dengan tujuan untuk menangkal produk aplikasi kesehatan yang dapat membahayakan keselamatan pasien.(arabnews/meidia)