12.3 C
New York
26/10/2024
Aktual

Anak Autis Bukan Produk Gagal dari Tuhan

JAKARTA (Pos Sore)–Anak-anak autis saat ini mulai bergabung dengan Pos Pemberdayaan Keluarga  (Posdaya)  karena mereka butuh kasih sayang dan penyaluran bakat-bakatnya. Untuk itu presiden terpilih 2014 nanti, harus bisa memperhatikan nasib anak-anak autis agar tetap dalam keluarganya.

Demikian disampaikan Ketua Umum Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS) Prof Dr Haryono Suyono dalam acara menandai bergabungnya kelompok autis ke Posdaya terpadu di Aula Paramita – Gedung Granadi Jakarta, kemarin.
Haryono mengatakan, selama ini  para pejabat belum serius memperhatikan nasib anak autis di Indonesia. Buktinya, ketika pejabat diundang dalam acara-acara autis seringkali diwakilkan

‘ ‘Sebenarnya anak-anak autis ini cerdas-cerdas, namun mereka itu mempunyai keterlambatan dan gangguan bicara. Mereka juga hidup dalam dunianya sendiri atau tidak mau berteman,” kata Haryono Suyono .

Meski demikian anak-anak autis apabila diberi kesempatan dan dihargai, bisa kreatif, bisa memproduksi baju, batik, seni suara dan puisi. Dengan demikian mereka harus mendapat perlakuan yang sama dengan anak-anak lainnya.

Menurut Haryono negeri ini harus dibangun dengan kebersamaan dan gotong royong. keberadaan anak-anak  autis bukan produk Tuhan yang gagal, karena mereka itu merupakan inspirasi untuk kita semua.

Saat para autis menampilkan kemampuannya di Aula Paramita Gedung Granadi yang biasanya sepi, keadaan menjadi sumringah, musik menghentak dan diselingi sorak sorai membahana. Para penyandang disabilitas yang salah satunya autis membaca, puisi, menyanyi, menari dan menampilkan cara berbusana indah.

Haryono yang juga Ketua Yayasan Damandiri itu  mengikuti irama yang dilantunkan para penyandang disabilitas saat. Lis Subianto, pendiri Sekolah Terpadu, melakukan deklarasi Penggabungan Kelompok Autis ke Pos Pemberdayan Keluarga (Posdaya).

Acara itu dihadiri Dr Moch Soedarmadi, Dr Rohadi Haryanto, dua pimpinan Damandiri yang juga pengurus DNIKS,  para guru, dan terapis autis dari Lampung Tengah, Jawa Tengah, Jawa Timur dan sejumlah tamu undangan.

Peserta didik dari sekolah terpadu para penyandang disabilitas memukau hadirin. Antara lain, Wardattul Izza, yang  menampilkan kemampuannya membuat puisi dalam berbagai kesempatan. Hal yang sama ditampilkan Kharisma Rizji Perdana yang mampu menghafal berbagai tempat, kejadian  dan sosok penting di dunia.

Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Semarang, Drs Ciptono, mengungkapkan anak-anak penyandang disabilitas memiliki banyak kelebihan. Keterbatasannya di suatu sisi, adalah kelebihan di baliknya. “Mereka memiliki kemampuan lebih dalam bidang-bidang tertentu yang kadang tidak dimiliki anak-anak  biasa,” tuturnya. ’’Untuk itu, anak-anak seperti itu tidak boleh disisihkan. Ternyata bakat-bakatnya bisa berguna untuk bangsa dan negara Indonesia.’’ (junaedi)

Leave a Comment