JAKARTA (Pos Sore) – Sebagai kabupaten kepulauan, maka Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara, seyogyanya mengedepankan sektor perhubungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut, sebab sektor perhubungan adalah urat nadi perekonomian utama untuk wilayah kabupaten yang terdiri dari pulau-pulau kecil itu. Untuk sampai ke ibukota Kabupaten Kepulauan Sula, Sanana, bisa ditempuh dengan transpostasi laut maupun udara.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Kepulauan Sula, Fahmi Alwi kepada Pos Sore, Rabu (26/2) mengatakan Tahun Anggaran 2014 ini pihaknya akan merevitalisasi Bandar Udara Perintis Falabisaha di Pulau Mangoli sebab sejak bandara perintis di Sanana jatuh dalam sengketa dengan pemilih hak ulayat, praktis transpostasi udara di kabupaten itu lumpuh total.
“Semua kegiatan transportasi dialihkan dengan menggunakan angkutan laut, khususnya ke Ternate dan beberapa kota lainnya,” tegasnya.
Sedangkan untuk sub sektor perhubungan laut, tambahnya, Dishub Kepulauan Sula bersama Kementerian Perhubungan akan melakukan pengerukan kolam pelabuhan laut Sanana.
Sub sektor perhubungan laut menurut Fahmi sangat menunjang, mengingat kabupaten ini merupakan kabupaten kepulauan yang terdiri dari dua pula besar yakni Mangoli dan Sulabesi serta puluhan pulau-pulau kecil yang hanya bisa dijangkau dengan menggunakan feri dan transportasi rakyat.
“Tingat kesulitan disini sangat beaar, apalagi untuk tahun anggaran ini Dishub Kabupaten Kepulauan Sula hanya diberikan Rp5 milyar untuk semua kegiatan. Jumlah itu sudah termasuk gaji pegawai dan pengeluaran rutin lainnya.”
Padahal untuk menunjang kegiatan masyarakat, sektor pehubungan adalah barometer keberhasilannya. Indikatornya bisa dilihat dari lancar tidaknya transportasi barang dan orang dari dan ke puluhan pulau yang tersebar di Kabupaten ini.
Kabupaten kepulauan Sula merupakan daerah agraris, khususnya perkebunan. Dari tanah ini dihasilkan kelapa, cengkeh, pala dan kakao selain produk tanaman pangan seperti padi ladang, ubi kayu dan ubi jalar yang produksinya tergolong besar. Kecamatan Sanana adalah penghasil utama kelapa serta komoditas perkebunan lain seperti cengkeh, pala dan kakao. Selain hasil bumi, Kepulauan Sula masih menyimpan potensi lain, baik dari laut maupun yang masih terpendam di dalam bumi.
Di Kabupaten ini juga terdapat sumber bahan galian golongan A, B dan golongan C, yakni tambang emas di Kecamatan Mangole Timur (Desa Waitina dan Kawata). Batubara di sepanjang semenanjung Kecamatan Sulabesi Barat (Desa Fuata) serta Kecamatan Sanana (Desa Wai Ipa) dengan perkiraan cadangan 10.400.000 m. Tambang minyak dan gas terdapat di Kecamatan Mangole Barat tepatnya di Desa Falabisahaya, Minaluli, Modapuhi, Modapia dan Saniahaya, Cekungan Sula yang memanjang dari perbatasan Kabupaten Banggai hingga sebelah Utara Pulau Taliabu dan Mangoli.
Mata pencaharian penduduk selain berkebun adalan nelayan. Dengan luas lautan mencapai kurang lebih 14.500 km² atau 60% dari total wilayahnya, kabupaten ini menyimpan potensi perikanan yang cukup besar. Potensi lainnya berupa sumber daya alam, pertanian, perkebunan, kehutanan, pertambangan, industri dan pariwisata. Potensi unggulan pada saat ini bertumpu pada sektor kehutanan dan perikanan mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah.
Data menunjukkan, pengembangan pertanian tanaman pangan meliputi sayur-sayuran, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Sedangkan pengembangan agrowisata untuk komoditas buah-buahan meliputi durian, duku, manggis dan mangga. Sampai dengan tahun 2005 luas lahan untuk usaha pertanian tercatat 24.743,56 Ha dengan produksi sebesar 33.608,62 ton/tahun.
Potensi kehutanan di Kabupaten Kepulauan Sula berupa hutan alam yang berdasarkan Peta Paduserasi RTRWP dengan TGHK memiliki luas hutan 471.951,53 Ha yang terdiri dari Hutan Lindung 46,426,70 Ha, Hutan Suaka alam 12.683,53 Ha, Hutan Produksi Tetap 24.250,00 Ha, Hutan Produksi Terbatas 55.014,00 Ha, Hutan Produksi dapat dikonversi 281.077,70 Ha, Areal Penggunaan Lain 52.499,60 Ha.
Semua ini, kata Fahmi lebih lanjut, hanya bisa diangkut untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional jika fasilitas penunjang seperti pelabuhan rakyat dan armada angkutan tersedia, Oleh sebab itu, Dishub Kepulauan Sula secara bertahap memenuhi semua kebutuhan tersebut.
Potensi laut yang dimiliki membuat sektor perikanan rakyat berhasil mencatat produksi perikanan sangat beragam dengan kesediaan potensi 80.547,81 ton per tahun dan potensi lestari sebesar 40.273,91 ton per tahun dengan standing stock pelagis (permukaan) 33.060,94 ton per tahun serta ikan demersal (dasar) 16.875,61 ton per tahun dimana pemanfaatan untuk kedua komoditas ini baru mencapai 11.506,53 ton pertahun atau 22,8 persen dari potensi lestari.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Sula yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan mampu tumbuh mencapai nilai 5,11 persen. Angka pertumbuhan ini sedikit lebih rendah sekitar 0,30 persen bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2004, yaitu sebesar 5,41 persen. PDRB per kapita berdasarkan harga konstan pada tahun 2005, yaitu Rp 2.134.669 mengalami peningkatan 2,77 persen dari tahun 2004, yaitu Rp 2.007.163. (hasyim husein)