JAKARTA (Pos Sore) — Sejumlah warga di Desa Durian Rambun, Kecamatan Muara Siau, Kabupaten Merangin, Jambi menemukan seekor anak harimau Sumatera yang mati tertembak matanya.
“Kami menerima laporan dari warga setempat yang menemukan harimau itu pada Rabu (29/1) kemarin,” ujar Kapolsek Muara Siau Iptu. J Sianturi di Kabupaten Merangin, Jumat (31/1).
Anak harimau Sumatera itu diperkirakan baru berumur sekitar satu tahun. Hewan kecil itu mengalami luka tembak di bagian kepala menembus tengkorak hingga ke bagian leher. Tidak itu saja, harimau itu juga mengalami luka sabetan.
Dugaan awal, ada oknum yang sengaja menembak harimau tersebut kemudian sengaja disabet menggunakan benda tajam untuk mengelabui luka tembak di bagian mata dan tengkorak harimau.
Setelah berkoordinasi dengan petugas Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) di Kabupaten Merangin, mayat anak harimau Sumatra itu kemudian dibawa ke Kota Jambi atau berjarak sekitar 5 jam perjalanan darat dari Kabupaten Merangin untuk diotopsi di kantor BKSDA Provinsi Jambi.
Sekitar 10 hari sebelumnya, tidak jauh dari penemuan anak harimau mati tertembak tepatnya di Desa Lubuk Beringin, Kecamatan Muara Siau, Kabupaten Merangin tepatnya pada Selasa 21 Januari 2014, seorang laki-laki bernama M Nahu (35) menderita luka parah di bagian kaki kanan akibat diterkam harimau Sumatera saat tengah mencari kayu bakar di pinggir hutan tak jauh dari desanya.
Beruntung Nahu sempat melawan menggunakan parang lalu naik keatas pohon. Harimau yang menyerangnya tak jadi membunuh Nahu. Bahkan aparat kepolisian yang akan mengecek lokasi tempat kejadian sempat dihadang harimau. Tembakan ke atas sempat dikeluarkan untuk mengusir sang Raja Hutan itu.
Selang sehari setelah kejadian, petugas BKSDA Jambi menurunkan tim khusus dan memasang perangkap. Namun keberadaan harimau yang menyerang warga belum diketahui.
Dari data BKSDA Jambi, tingkat konflik antara manusia dengan harimau di Jambi menunjukkan peningkatan. Terakhir pada 2013 tercatat ada 12 orang menjadi korban serangan harimau Sumatera di Jambi. Di antaranya 1 orang meninggal dunia dan 4 luka-luka.
Konflik ini salah satunya disebabkan semakin berkurangnya daerah jelajah harimau Sumatera karena menjadi areal pemukiman warga.
Konsesi hutan tanaman industri (HTI) dan perkebunan sawit di sekitar hutan konservasi juga memicu kawanan harimau keluar karena semakin menipisnya pasokan makanan. (fent)