Dicky Budiman, epidemiolog dari Griffith University Australia. (Foto: Dok. Pribadi)
JAKARTA (Pos Sore) — Saat ini beberapa negara telah melonggarkan aturan terkait pencegahan penularan pandemi COVID-19 saat ini. Banyak yang mempertanyakan, apakah Indonesia bisa menyusul negara lain yang menjadikan pandemi COVID-19 sebagai endemi?
Dikutip dari Kumparan news, Minggu (20/2), Pakar Epidemiologi Griffith University, Dicky Budiman, mengatakan bahwa pelonggaran di negara lain hanya karena adanya dorongan politik dan ekonomi. Pada dasarnya situasi saat ini secara global masih pandemi.
Sejauh ini ada beberapa negara yang menyebut akan hidup bersama COVID-19 alias menuju fase endemi. Swedia bahkan terang-terangan mengakhiri segala bentuk pembatasan.
Menurutnya, keluar dari pandemi itu sebenarnya dorongan politik dan ekonomi bukan karena secara indikator kesehatan. Kalau secara indikator kesehatan dan epidemiologi, saat ini semua negara belum keluar. “Mau menyatakan keluar sekalipun secara de facto dan de jure masih pandemi,” ujar Dicky Budiman.
Dirinya mengaku khawatir pelonggaran ini hanya sebuah delusi yang nantinya bisa berpotensi munculnya varian baru.
“Kalau tidak memahami kondisi sesungguhnya akan berbahaya. Artinya gerak bersama dunia mengendalikan pandemi yang sebenarnya sudah dekat tapi bisa mundur karena adanya potensi varian baru yang lebih berbahaya akibat kelonggaran,” ucapnya.
Apabila Indonesia ingin menerapkan kelonggaran, kata dia, target akhir tahun selesai akan mundur. Dicky menyebut saat ini Indonesia telah masuk ke dalam jalan yang benar dalam segi vaksinasi. (hasyim)