JAKARTA (Pos Sore) — Mantan Menteri Koperasi & UKM, Dr. (HC) Subiakto Tjakrawerdaya menyatakan, salah satu masalah yang hari ini melanda bangsa Indonesia terkait kesiapan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah kemiskinan. “Berbeda dengan dulu, sekarang orang miskin harus dihadapkan dengan globalisasi, dan tidak ada proteksi bagi mereka,” ujar Subiakto di sela kuliah umum tentang persiapan menyambut MEA 2015 di Kampus Universitas Trilogi, Jakarta, Senin (7/7) pekan ini.
Kuliah umum yang diikuti kalangan civitas akademi UNTRI ini disampaikan langsung oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Prof. Dr. Armida Salsiah Alisjahbana. Kuliah umum ini sebagai bagian dari kajian yang dilakukan universitas tersebut untuk menjelaskan sekaligus meningkatkan pemahaman tentang MEA 2015.
Tepat 31 Desember tahun depan (2015), Masyarakat Ekonomi ASEAN akan diberlakukan, di mana kawasan ini termasuk Indonesia akan menjadi pasar terbuka dan kesatuan yang berbasis produksi, mobilitas arus barang, jasa, investasi, modal, dan bahkan tenaga kerja akan bergerak bebas.
Menurut Rektor UNTRI, Prof. Dr. Asep Saefuddin, sebagaimana kebijakan pada umumnya, MEA 2015 juga akan membawa dampak positif sekaligus negatif kepada negara yang terlibat di dalamnya. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia, karena menurut salah satu hasil survey, masih terdapat ketidaktahuan tentang MEA yang akan diimplementasikan di tahun 2015. Salah satu faktor penyebabnya adalah tidak tersampaikannya penjelasan tentang komunitas ASEAN tersebut.
Subiakto mengungkapkan, untuk memahami dan guna mengantisipasi tantangan yang muncul menjelang MEA 2015 itulah Universitas Trilogi disiapkan, terutama pada sektor pangan dan energi terbarukan.
‘’Pangan dan energi terbarukan merupakan bidang yang sangat luas sekali. Marketnya 240 juta jiwa. Itulah yang seharusnya menjadi orientasi bangsa,’’ kata ketua yayasan yang menaungi Universitas Trilogi itu.
Sementara Rektor UNTRI, Asep Saefuddin mengemukakan, tahun depan kita tidak bisa lagi menahan masuknya persoalan ekonomi dan bisnis dari ASEAN. Ini adalah tantangan dan sekaligus peluang bagi kita bersama untuk mengisinya dengan sebaik mungkin.
Asep berharap agar mahasiswa yang mayoritas menjadi peserta, menjadikan kegiatan kuliah umum ini sebagai momentum untuk meningkatkan pengetahuan tentang MEA 2015 itu sendiri. “Apalagi mahasiswa merupakan generasi penerus yang akan meneruskan pembangunan bangsa ini kedepan,” harap Asep Saefuddin.
Prof. Dr. Armida Salsiah Alisjahbana sendiri dalam paparannya mengemukakan, salah satu tantangan adalah masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap MEA 2015. “Rendahnya pemahaman ini hampir pada semua lini stakeholders, baik pemerintah pusat, daerah, pengusaha, akedemisi, dan masyarakat itu sendiri” paparnya dalam kuliah umum yang bertajuk Peningkatan Daya Saing Nasional Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015.
Ia menuturkan, ada empat pilar dari masyarakat ekonomi ASEAN 2015. Pilar tersebut terdiri dari ASEAN sebagai pasar tunggal dan kesatuan basis produksi; kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi; pertumbuhan ekonomi yang merata; dan terakhir integrasi ke perekonomian global. (lya)