Jakarta (Pos Sore)– Pembina Yayasan Pengembangan Pendidikan Indonesia Jakarta (YPPIJ) Prof Dr Haryono Suyono meminta staf pengajar di Universitas Trilogi (UNTRI) lebih banyak mengajarkan praktikum ketimbang mata kuliah teori. Perguruan yang sebelumnya bernama STEKPI (Sekolah Tinggi Ekonomi Keuangan dan Perbankan Indonesia) ini perlu mengembangkan program pemberdayaan masyarakat.
“Untuk mendukung program studi itu, Universitas Trilogi juga perlu mengembangkan Program Studi Telematika, Informatika, serta Sistem Komputer IT yang dibutuhkan dunia modern,” kata Haryono dalam sambutannya saat memperingati puncak Dies Natalis Perdana Universitas Trilogi di Jakarta, kemarin.Sedangkan untuk membawa hasil produk kepada masyarakat luas, lanjut Haryono, dikembangkan harus dikembangkan pula program studi industri kreatif yang mampu menghasilkan lulusan dengan kemampuan desain produk serta desain komunikasi visual untuk menjual gagasan yang menguntungkan rakyat.
Haryono optimis, bila Universitas Trilogi melakukan hal tersebut, mereka akan menciptakan mahasiswa yang bisa bekerjasama dengan masyarakat dan dunia usaha. Kolaborasi seperti ini akan membuat masyarakat yang mandiri dan bisa menyatakan
‘’inilah wajah Indonesia yang sesungguhnya.’’ “Mahasiswa,dosen dan masyarakat akan bersatu dalam kedamaian,” tambahnya.
Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saefuddin MSc menyatakan saat ini masih lemahnya budaya ilmiah, terutama budaya riset dan menulis. Untuk itu Universitas Trilogi melakukan usaha stimulus kepada para dosen untuk terus menghidupkan budaya
menulisnya. Salah satunya, melalui tulisan ilmiah untuk disebarkan ke berbagai media massa nasional. Bukan hanya untuk dosen saja, tetapi juga memberikan kesempatan kepada para mahasiswanya untuk dibiasakan menulis. “Kami selalu mencoba untuk menumbuhkan atmosfer budaya menulis, sehingga nantinya akan menjadi budaya,” ucapnya.
Menurut Asep, sebagai kampus yang baru berdiri satu tahun, Universitas Trilogi memiliki komitmen pada pengembangan kewirausahaan berbasis pengusaan teknologi (teknopreneur). Jika ingin menghasilkan lulusan mahasiswa menjadi teknopreneur, tentunya harus bekerjasama dan mengelola teamwork yang solid serta jejaring yang luas sehingga memiliki kreatifitas dan mampu membangun potensi diri atau kemandirian.”
Usia bukanlah menjadi suatu penghalang, justru inilah momentum bagi kami untuk melakukan akselerasi. Kami ingin, Universitas Trilogi ini menjadi universitas pertama yang menerapkan kewirausahaan berbasis teknopreneur,” tegas Asep. (junaedi)