SLEMAN, PosSore – Kayu bekas yang sering dianggap sebagai limbah, ternyata bisa dimanfaatkan dengan baik untuk berbagai kerajinan rumah dan kantor. Di tangan seorang pengusaha wanita bernama Ferryal, kayu bekas ini disulap menjadi produk mebel dan kerajinan yang diminati oleh konsumen global.
Ferryal yang memimpin perusahaan CV Seken ini berhasil mengembangkan bisnisnya dari Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Produk-produk buatan CV Seken seperti mebel dan berbagai kerajinan berbahan kayu bekas telah menembus pasar internasional.
Konsumen dari Eropa dan Amerika sangat antusias terhadap produk CV Seken. Selain itu, permintaan juga datang dari negara-negara di Asia seperti Singapura, Jepang, dan Korea. Mereka menyukai produk-produk buatan CV Seken yang terkenal dengan kualitas dan estetika yang tinggi.
Ferryal juga aktif dalam organisasi Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI). Di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) HIMKI wanita pengusaha ini dipercaya sebagai Ketua Bidang Promosi dan Pemasaran Wilayah United Kingdom (UK). Peran Ferryal tentu sangat penting dalam mempromosikan produk-produk buatan Indonesia ke pasar global. Hal ini semakin mengukuhkan posisi CV Seken sebagai pemain penting dalam industri kerajinan berbahan kayu bekas.
“Kalau soal persaingan dalam usaha ya selalu ada dan itu sudah biasa terjadi, yang penting kita bisa jaga kualitas dan estetika,” ujar Ferryal pada PosSore saat ditemui di workshop CV Seken Senin (15/7) kemarin. Filosofi inilah yang menjadi kunci sukses Ferryal dalam mengembangkan bisnisnya. Dengan menjaga kualitas produk dan memperhatikan aspek estetika, CV Seken berhasil memenangkan hati konsumen dari berbagai belahan dunia.
Dengan meningkatnya kesadaran akan keberlanjutan dan pentingnya daur ulang, produk-produk berbahan kayu bekas semakin diminati. CV Seken menjadi contoh nyata bagaimana bahan yang sering diabaikan dapat diubah menjadi produk bernilai tinggi yang dicari oleh konsumen global. Ke depan, Ferryal dan timnya bertekad untuk terus berinovasi dan menjaga kualitas, demi memenuhi kebutuhan pasar yang terus berkembang.
Menurut Ferryal dengan memanfaatkan kayu scond atau bekas, produsen mebel dan kerajinan dapat menawarkan produk yang tidak hanya menarik dan unik tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan, mengurangi biaya produksi, dan membuka peluang pasar ekspor yang luas.
Dari sisi lingkungan jelas Ferryal penggunaan kayu bekas sebagai produk ekspor tentu lebih sustainable membantu mengurangi deforestasi dan tekanan terhadap hutan alam. Ini berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati. Selain itu daur ulang kayu bekas mengurangi jumlah limbah yang berujung di tempat pembuangan akhir, mengurangi polusi dan meminimalkan dampak lingkungan negatif.
Dari sisi ekonomi, keberlanjutan produksi lebih terjamin karena biaya bahan baku yang lebih rendah. Sebagai pelaku usaha kayu bekas sering kali lebih murah dibandingkan kayu baru, sehingga dapat menekan biaya produksi. Hal lain kata Ferryal, produk mebel dan kerajinan dari kayu bekas sering kali memiliki nilai tambah karena keunikan dan sejarah material yang digunakan, yang dapat meningkatkan harga jual.
“Selain itu ada pasar khusus yang mencari produk ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan kayu bekas, produsen dapat menargetkan pasar ini dan meningkatkan peluang ekspor,” tutur Ferryal.
Sementara itu membuat produksi dengan kayu bekas secara tidak langsung merupakan dukungan dan kepatuhan terhadap regulasi. Sejauh ini banyak menerapkan regulasi ketat terkait impor produk kayu untuk memastikan bahan baku yang digunakan berasal dari sumber yang berkelanjutan. Menggunakan kayu bekas, jelas Ferryal dapat membantu perusahaan mematuhi regulasi dan menghindari masalah hukum.
Perusahaan yang menggunakan kayu bekas kata wanita pengusaha ini mungkin mendapatkan dukungan atau sertifikasi dari lembaga lingkungan dan organisasi yang mempromosikan praktik bisnis berkelanjutan, yang dapat meningkatkan reputasi dan kepercayaan konsumen.
CV Seken, di bawah kepemimpinan Ferryal, telah membuktikan bahwa dengan kreativitas dan dedikasi, limbah kayu dapat diubah menjadi karya seni yang bernilai tinggi. (aryo)