Regenerasi dan Optimisme
Generasi kedua Turrima — Naufal Pahlevi dan Dzia Al Haq, terus berupaya mendekatkan Turrima pada petani. Turrima bisa dipahami dengan sederhana, dipakai dengan mudah, dan dirasakan manfaatnya langsung oleh petani.
Menurut Naufal yang diberi tanggungjawab R&D di perusahaan, organik bukan gaya hidup mahal, tetapi jalan keluar bagi masa depan pertanian. Sejalan dengan tagline “Indonesia Indah, Indonesia Cerah, Turrima Berbagi Berkah”.
Tagline tersebut sekaligus menjadi pesan optimisme di tengah tantangan ekonomi global. Gerakan kecil namun berdampak besar, mengembalikan kepercayaan diri bangsa lewat pangan.
Ke depan, Turrima membawa visi yang lebih luas “Greening the Desert”. Kampanye untuk menghijaukan lahan-lahan tandus, khususnya di kawasan Afrika, dengan pendekatan bioteknologi ramah lingkungan.
Turrima melihat peluang besar untuk menjadikan tanah gersang kembali subur, sehingga pangan bukan lagi persoalan geopolitik, melainkan hak universal umat manusia.
“Kalau tanah tandus bisa kembali hidup, dunia akan lebih seimbang. Indonesia bisa menjadi pionir dalam diplomasi pangan global. Dan kami ingin Turrima mengambil bagian dalam misi itu,” ungkap Dzia yang diberi misi pemasaran internasional.
Tidak hanya mengekspor produk, Turrima juga menawarkan model kemandirian pangan berkelanjutan yang bisa diterapkan di mana saja, dari desa di Jawa hingga padang pasir Afrika.
Kisah Turrima adalah aksi nyata bagaimana inovasi lokal bisa menjangkau panggung global. Dari Sragen, mereka membangun jembatan menuju Afrika.
Dari sawah, mereka bicara tentang diplomasi internasional. Dan dari tanah air, mereka mengingatkan; bela negara bisa dilakukan dengan memberi makan rakyat dan menjaga bumi.