Permasalahan Palestina bukan hanya milik rakyat Palestina saja. Masalah Palestina adalah isu kemanusiaan sehingga keterlibatan generasi millennial yang menjadi mayoritas penduduk di dunia sangat dibutuhkan.
JAKARTA (Pos Sore) — Mengedukasi masyarakat Indonesia mengenai pentingnya menumbuhkan kepedulian pada kondisi Palestina saat ini menjadi tugas kita bersama. Untuk itu, guna meningkatkan solidaritas anak muda Indonesia untuk Palestina, Adara Relief International (Adara) mendukung acara Millennial Peacemaker Festival (MPF) yang digelar 7 komunitas pemuda pecinta Palestina.
MPF merupakan rangkaian acara pembuka dari puncak acara ‘Solidarity for Peace’ pada 29 November 2020. Acara yang diselenggarakan secara virtual ini bisa ditonton melalui platform zoom dan kanal media sosial Adara.
Dalam acara yang dilaksanakan pada 27 dan 28 November 2020, MPF menghadirkan beragam talkshow bersama para tokoh terkemuka di kalangan millennial. Dihadiri oleh ratusan peserta dari banyak kota di Indonesia bahkan sampai ke luar negeri, MPF mengajak para peserta untuk berkontribusi untuk Palestina melalui karya.
Talkshow bertema “Aku Bisa Apa?” di hari perdana MPF digelar, menghadirkan 7 perwakilan komunitas yang mengajak para peserta untuk memanfaatkan potensi diri secara optimal guna membantu rakyat Palestina.
Senada dengan tema tersebut, pada hari kedua, MPF menghadirkan Amer Zahr, seorang komedian keturunan Arab-Palestina yang tinggal di Amerika Serikat. Dalam perbincangan yang penuh semangat, Amer berpesan, lakukan hal kecil untuk Palestina setiap hari.
“Bagikan apa pun tentang Palestina di sosial media yang kamu miliki. Tidak melulu mengenai politik, tapi bisa juga tentang tariannya, makanannya, agar orang lain terbiasa tentang Palestina,” katanya.
Permasalahan Palestina bukan hanya milik rakyat Palestina saja. Masalah Palestina adalah isu kemanusiaan sehingga keterlibatan generasi millennial yang menjadi mayoritas penduduk di dunia sangat dibutuhkan.
Salah satu tujuan diselenggarakannya MPF adalah mengajak para millennial berkontribusi untuk Palestina melalui karya. Seperti halnya para narasumber talkshow inspiratif yang berjuang untuk Palestina melalui karya-karya mereka.
Abdur Arsyad, seorang komika asal Indonesia, berbicara soal isu kemanusiaan di Palestina dan bagaimana tanggung jawab kita menanggapi hal tersebut. Bukan masalah Palestina dibantu apa tidak, tapi kita membantu apa tidak?
“Karena yang akan ditanya Allah adalah apa yang kamu berikan ketika Palestina diporakporandakan? Maka dari itu, terus saja berjuang dan menyuarakan mengenai Palestina,” ungkap Abdur.
Hadir pada kesempatan ini, Dodi Hidayatullah, seorang musisi yang mengajak para millennial untuk jangan takut menyuarakan kebaikan. “Riya adalah masalah hati kita dengan Allah. Yang menjadi poin adalah kita harus bangga dengan kebaikan kita,” jelas Dodi.
Dodi juga memberikan gambaran mengenai pentingnya berdakwah melalui media sosial. Adanya media sosial bisa dijadikan sebagai wasilah untuk kebaikan. Saat sebagian besar millennial berkumpul di berbagai platform media sosial, maka di situlah dakwah dan isu-isu positif harus disebarkan.
Lebih lanjut Dodi mengungkapkan, pembuat konten di Indonesia jumlahnya banyak, namun kita masih bergerak sendiri-sendiri. Kaum millennial harus berkontribusi positif dengan caranya dan jangan kaku.
Hal ini untuk menghalau pemahaman-pemahaman yang keliru soal kepalestinaan. Konten-konten humanis salah satunya komik mengenai Palestina, bisa menjadi salah satu edukasi yang menarik bagi para millennial.
Handri pula Satria Handjaya, kreator komik Muhammad Al Fatih, mengawali karier dari kegemarannya akan karakter super hero. Ia kemudian berdakwah melalui komik-komik yang ia terbitkan sehingga anak muda khususnya, memiliki bacaan yang mengandung kebaikan.
“Zaman sekarang banyak kaum millennial yang ingin buru-buru viral. Namun sebenarnya, mereka butuh panutan karena apa yang ada di internet tidak semua baik,” ungkap Satria.
Adanya karya-karya dari kreator-kreator muslim dalam bentuk apa pun sangat dibutuhkan. Karya ini bisa menjadi panutan dan contoh bagi anak muda. “Semoga karakter-karakter pahlawan yang saya buat dalam komik bisa dilihat kepribadiannya. Serta dicontoh kepemimpinannya,” tambah Satria.
Dalam acara ini juga, terdapat berbagai kompetisi yang melombakan karya-karya bertema Palestina. Mulai dari Tiktok Competition, Short Video Competition, Poster Competition, Microblog Competition, Songwriting Competition, dan Comic Competition.
Acara ini mengedepankan pesan dan harapan agar para millennial bisa menggunakan media sosial dan teknologi dengan baik karena akan ada pertanggungjawaban dari setiap individu, baik di dunia maupun di akhirat. Kontribusi para millennial untuk kemerdekaan rakyat Palestina adalah suatu keniscayaan yang mutlak diperlukan saat ini. (tety)