27/10/2025
AktualEkonomi

Tiga Raksasa Industri China Siap Ramaikan Indo Wood Ekspo Surabaya 2025

JAKARTA, PosSore — Indo Wood Ekspo Surabaya 2025 akan menjadi ajang penting bagi pelaku industri perkayuan dan furnitur, terutama dengan dukungan besar dari sejumlah perusahaan alat perkayuan berat asal China. Wakil Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Bidang Keuangan, Veronika R. Anggraini, memastikan keterlibatan tiga raksasa industri—Shunde Yongqiang, Richfruits, dan Nanxing Machinery—dalam pameran yang akan digelar pada 19–21 Juni 2025.

Delegasi HIMKI dipimpin Wakil Ketum Bidang Keuangan Veronika R Anggraini berfoto besama usai menghadiri undangan resmi panitia The 24th China Shunde (Lunjiao) International Woodworking Machinery and Furniture Raw and Auxiliary Materials Expo

“Ketiga perusahaan besar ini telah memberikan komitmen untuk bepartisipasi di pameran ini,” ujar Veronika yang akrab disapa Vika itu. Keterlibatan mereka menjadi bukti nyata potensi Indo Wood Ekspo sebagai platform strategis untuk memajukan industri perkayuan nasional.

Shunde Yongqiang, yang berbasis di Guangdong, dikenal sebagai produsen mesin finger joint shaper terkemuka. Dengan fasilitas seluas 10.000 meter persegi, produk unggulan mereka telah diekspor ke berbagai negara, termasuk Asia Tenggara dan Timur Tengah. Sementara itu, Richfruits Co., Ltd., pelopor teknologi pelapisan UV dari Guangzhou, menawarkan solusi ramah lingkungan yang efisien untuk sektor furnitur dan lantai. Perusahaan ini telah menjangkau lebih dari 50 negara.

Sementara itu, Nanxing Machinery, yang berbasis di Dongguan, memproduksi peralatan produksi furnitur panel. Nanxing dikenal dengan inovasi pada mesin panel saw otomatis dan sistem pengeboran canggih, yang banyak digunakan oleh produsen furnitur modern.

Mengapa Surabaya?

Menurut Vika, Surabaya dipilih sebagai lokasi penyelenggaraan pameran untuk mengimbangi dominasi pameran furnitur di wilayah barat Jawa. “Selama ini, hampir semua pameran perdagangan furnitur diadakan di Jakarta. Padahal, Jawa Timur, adalah pusat produksi furnitur terbesar di Indonesia dengan akses yang strategis ke wilayah lain, termasuk Kalimantan.

Faktor lain yang membuat Surabaya menarik adalah biaya tenaga kerja dan harga pengembangan lahan yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan Jawa Barat. “Hal ini mendorong perusahaan manufaktur untuk berpindah dari barat ke timur,” tambah Vika. Pemerintah juga menawarkan berbagai insentif untuk menarik investasi asing langsung (FDI), termasuk keringanan pajak dan subsidi di kawasan industri.

Pemerintah sendiri telah mengalokasikan dana sebesar Rp3,33 miliar pada 2024 untuk memperkuat rantai nilai industri kayu dan furnitur. Investasi ini bertujuan meningkatkan efisiensi produksi sekaligus meningkatkan kualitas produk mebel Indonesia, yang menjadi salah satu penopang utama ekspor nasional.

Ekspor produk kehutanan Indonesia tahun lalu mencapai angka US$11,6 miliar. Dari jumlah tersebut, sektor mebel dan kerajinan berkontribusi cukup besar, dengan nilai ekspor mencapai US$2,5 miliar. Angka ini menjadikan mebel dan kerajinan menjadi salah satu sektor strategis dalam mendukung PDB nasional.

Dengan hadirnya perusahaan-perusahaan besar seperti Shunde Yongqiang, Richfruits, dan Nanxing, Indo Wood Ekspo Surabaya 2025 diharapkan tidak hanya menjadi ajang pameran tetapi juga pusat inovasi teknologi. “Kami ingin menjadikan pameran ini sebagai katalis bagi perkembangan industri perkayuan nasional,” tutup Vika dalam percakapan dengan PosSore Minggu (15/12).

Dukungan dari perusahaan global, lokasi strategis, serta investasi besar pemerintah menjadi kombinasi sempurna untuk menjadikan Indo Wood Ekspo Surabaya sebagai magnet baru bagi pelaku industri, baik dalam maupun luar negeri. (aryodewo)

Leave a Comment