JEPARA, PosSore – “Classics Never End” (karya klasik tak pernah habis) adalah kalimat pembuka yang menyambut perbincangan dengan Abdul Kholiq, pengusaha furniture asal Jepara yang mengkhususkan diri pada furniture klasik. Sejak 2007, ia telah menjalankan bisnisnya di bawah nama PT. Javafurni Exporindo Abadi yang lebih dikenal dengan brand Javafurni.
Maz Kholiq, begitu ia akrab disapa, telah menapaki perjalanan panjang di dunia furniture klasik, menghadapi berbagai tantangan dan perubahan tren. Dedikasinya untuk mempertahankan keindahan dan nilai artistik dari furniture klasik membuat Javafurni tetap eksis dan dihargai, baik di pasar domestik maupun internasional.
Abdul Kholiq, menuturkan pasang surut pasar furniture klasik, terutama di pasar ekspor sempat dia alami sejak 2018 dan baru ada tanda-tanda kebangkitan pada 2023. Selama kurun waktu 5 tahun tersebut Kholiq pun terus berusaha bangkit sebagai konsistensi di jalur furniture klasik.
“Tren pasar untuk furniture dari kayu solid memang telah bergeser dalam sepuluh tahun terakhir, dari gaya klasik ke model kontemporer-minimalis dengan berbagai gaya. Hal ini terjadi di negara-negara utama tujuan ekspor kita. Kami sempat dihadapkan harus memilih apakah tetap di jalur klasik atau mengikuti selera pasar. Dan kami memilih tetap setia dengan produk mebel klasik,” turut Kholiq dalam percakapan dengan PosSore, Senin (5/8).
Mengapa tetap setia memproduksi furniture klasik? Maz Kholiq menjelaskan bahwa passion-nya terletak pada gaya klasik yang memiliki nilai estetik dan artistik tinggi. “Saya jatuh cinta dengan furniture klasik, dan saya hanya bisa bekerja di bawah naungan cinta,” candanya.
Perjalanan Kholiq di dunia furniture dimulai pada tahun 2000 setelah lulus kuliah dari UGM. Ia bekerja di perusahaan furniture terbesar di Jepara dan kemudian dipercaya mengelola perusahaan di Australia. Dari 2005 hingga 2007, ia menjadi supplier mebel klasik untuk seorang warga Amerika. Pengalaman inilah yang mendorongnya mendirikan Javafurni pada 2007.
Meskipun pasar furniture klasik sempat menurun drastis, Kholiq melihat peluang dengan mengarahkan pemasaran ke negara-negara yang belum banyak tersentuh. Ia aktif melakukan pemasaran digital ke negara-negara non-tradisional, seperti Suriname dan Iraq. Pameran furniture di China, India, dan Indonesia, termasuk IFEX, juga menjadi ajang penting baginya.
Pasar domestik juga menjadi sasaran Javafurni. Reseller dari berbagai kota dan banyak end user tetap menjadi pelanggan setia. “Keberadaan IFEX dan pameran internasional sangat membantu pemasaran produk furniture kita untuk pasar ekspor. Manfaatkan event-event tersebut ketika ada peluang,” kata cumlaude Hubungan Internasional Fisipol UGM tersebut.
Maz Kholiq juga aktif berjejaring di berbagai komunitas dan organisasi, termasuk HIMKI (Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia), yang memberikan banyak pelajaran berharga dalam produksi dan menjaga kualitas produk. Saat ini, ia menjabat sebagai Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga Domestik di DPP HIMKI dan Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi di DPD HIMKI Jepara Raya.
Peran talenta lokal Jepara dalam produksi furniture klasik sangat mendukung Javafurni. Banyaknya custom order dari buyer juga menambah pemahaman Kholiq tentang mebel klasik. Saat ini, 60 persen produksi Javafurni adalah custom order.
Meskipun serapan ekspor mebel klasik hanya 20-25 persen dibanding era 2000-an, Kholiq yakin pasar akan kembali naik seiring dengan meningkatnya ketertarikan terhadap furniture klasik. Keberhasilan Javafurni dalam menggaet buyer dari Jepang, Belanda, Malaysia, dan Singapura pada pameran IFEX 2023 menjadi bukti keyakinannya.
Di tengah kesibukan bisnisnya, Kholiq yang memiliki motto hidup “Kalau bisa menebar manfaat, kenapa harus jalan di tempat?” juga aktif dalam kegiatan sosial. Ia mendirikan Yayasan Sahabat Difa Jepara pada 2018 dan sedang menginisiasi klaster usaha baru bagi difabel Jepara di bawah bendera Karya Difabel Jepara, yang memproduksi mebel sederhana dan kerajinan kayu. (aryo)