JAKARTA (Pos Sore) — Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan Hadi Daryanto mengungkap target penanaman Hutan Tanaman Industri (HTI) sampai 15 juta hektar hingga 5 tahun kedepan tak akan terganggu dengan upaya konservasi 1 juta hektar oleh perusahaan Asia Pulp and Paper (APP).
Upaya restorasi hutan ini dikhawatirkan akan membatasi upaya penanaman HTI di lahan-lahan hutan yang ada.
“Bahkan upaya APP ini bisa menolong kelangsungan industri HTI sendiri. Belum memperhitungkan ada pasar baru yakni jasa lingkungan, jasa karbon, dan jasa keanekaragaman hayati,” kata Hadi saat launching Kebijakan Proteksi dan Konservasi 1 juta hektar oleh APP Senin (28/4).
Dijelaskan Hadi, meski saat ini baru tertanam 9 juta hektar, 5 tahun kedepan bisa dihasilkan 5 juta meterkubik kayu dari HTI yang ada.
“Bahkan upaya APP ini bisa menolong kelangsungan industri HTI sendiri.”
“Belum lagi ada 23 juta hektar areal open access yang bisa dimanfaatkan pemain (industri HTI) baru, itu akan mendukung pencapaian HTI 15 juta hektar itu,” jelas Hadi.
APP telah menerapkan Kebijakan Konservasi Hutan (Forest Conservation Policy), dan APP melanjutkan komitmennya melindungi sekaligus merestorasi 1 juta hektar hutan.
“Untuk awalnya, prioritas akan dilakukan di lanskap Bukit Tigapuluh Jambi yakni konservasi satwa,” jelas Aida Greenbury, Managing Director Sustainability APP.
Aida menyebut apa yang dilakukan APP ini merupakan inisiatif yang disusun berdasarkan input dari para pemangku kepentingan, termasuk WWF, Greenpeace dan LSM anggota dari Solutions Working Group APP.
“Untuk awalnya, prioritas akan dilakukan di lanskap Bukit Tigapuluh Jambi yakni konservasi satwa.”
Diharapkan, kata Aida, kebijakan ini memberikan dampak yang signifikan terhadap lanskap baik di dalam dan di sekitar daerah konsesi dalam rantai pasokan APP.
Disebut Aida, luas areal konservasi ini separuh dari total areal Hutan Tanaman Industri (HTI) yang menjadi pemasok bahan baku pabrik pulp dan kertas APP.
“Setelah lebih dari satu tahun kami menerapkan FCP, semakin jelas bagi kami bahwa kunci sukses menghentikan deforestasi di Indonesia adalah melalui pendekatan tingkat lanskap terhadap restorasi dan konservasi hutan.”
Ia menambahkan lahan tidak dapat dikonservasi atau direstorasi secara terisolasi.
Keberlanjutan dari keseluruhan lanskap harus juga dipertimbangkan dan berbagai pemangku kepentingan harus dilibatkan, kata dia.
“Kerjasama pemangku kepentingan lokal dan internasional, dan juga dengan organisasi seperti WWF, The Forest Trust dan Ekologi akan membuat usaha APP semakin efektif.”
Aida menyebut kerjasama pemangku kepentingan lokal dan internasional, dan juga dengan organisasi seperti WWF, The Forest Trust dan Ekologi akan membuat usaha APP semakin efektif.
Sementara itu Sekjen Kementerian Kehutanan Hadi Daryanto menambahkan apa yang dilakukan APP membuktikan bahwa perusahaan juga harus melakukan hal yang seimbang terhadap kondisi lingkungan sama dengan operasional bisnisnya.
Selain lanskap Bukit Tigapuluh, diupayakan juga konservasi Harimau Sumatera dan hutan rawa gambut di Senepis Riau, Giam Siak Kecil Riau, Kampar Peninsula Riau, Kerumutan Riau, Muba Berbak Sembilang Jambi dan Sumatera Selatan, OKI Sumatera Selatan, Kubu Raya Kalimantan Barat, dan Kutai Kalimantan Timur. (fent)