JAKARTA (Pos Sore) — Bidan memegang peranan penting dalam kesehatan masyarakat Indonesia, terutama kesehatan ibu dan anak. Perannya mulai dalam mendampingi perempuan sejak masa pra kehamilan hingga paska persalinan.
Pemeriksaan meliputi antara lain memantau kesehatan fisik dan psikologis ibu selama masa kehamilan, membantu merencanakan proses kelahiran, mendampingi persalinan normal, memberikan edukasi perawatan bayi, dan banyak lainnya.
Berbagai tugas bidan tersebut memiliki andil penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan anak — yang menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional di Indonesia.
Selama masa pandemi Covid-19 ini, pekerjaan bidan sebagai salah satu garda terdepan layanan kesehatan menjadi lebih rumit. Para ibu cenderung mengandalkan bidan sebagai sumber dukungan emosional selama masa persalinan, karena keterbatasan pengunjung di klinik atau rumah sakit.
Selain itu, beban kerja bidan dapat dikatakan semakin besar karena Indonesia diprediksi memiliki empat juta angka kelahiran selama masa pandemi ini, bahkan tertinggi kelima di dunia.
Terlebih lagi, banyak negara melaporkan peningkatan jumlah layanan rumah yang dilakukan bidan, termasuk untuk memberikan imunisasi bagi anak dan edukasi kesehatan bagi ibu, karena ketakutan ibu untuk pergi ke klinik atau rumah sakit.
Berbagai hal tersebut ditambah situasi pandemi covid-19 yang penuh ketidakpastian menjadi sumber stres tersendiri bagi para bidan.
Bidan juga menghadapi tantangan perubahan pola kerja hingga kekhawatiran akan risiko penularan virus yang tinggi, baik bagi dirinya sendiri maupun keluarga.
Sebuah studi menyatakan bidan yang menangani pasien Covid-19 berisiko dua kali lebih besar mengalami kelelahan emosi dibandingkan mereka yang tidak menangani pasien Covid-19.
“Situasi pandemi membuat lingkungan pekerjaan bidan menjadi lebih riskan daripada sebelumnya. Risiko bidan terpapar virus juga sangatlah besar,” jelas Founder & Direktur Personal Growth – Counseling & People Development, Ratih Ibrahim, M.M., Psikolog Klinis, Selasa, 23 Februari 2022.
Belum lagi para bidan juga memiliki keluarga di rumah. Hal ini tentunya menambah beban pikiran mereka setiap harinya. Tidak hanya itu, bidan juga dituntut untuk mampu menjadi sumber dukungan emosional ibu saat menjalani proses persalinan.
Berbagai hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi kesehatan mental para bidan. Terlihat dari studi kualitatif awal yang dilakukan lewat wawancara mendalam melalui telepon pada bidan-bidan di berbagai daerah di Indonesia.
Dari studi itu ditemukan bahwa 40% bidan megalami kecemasan selama masa pandemi ini. Sementara lainnya mengalami berbagai pengalaman negatif, seperti rasa takut, marah, sedih, stres, dan sebagainya.
“Maka, penting sekali untuk melakukan suatu upaya dalam membantu para bidan ini meningkatkan dan menjaga kesehatan mentalnya, sehingga mereka bisa bekerja secara produktif dalam mewujudkan kesehatan ibu dan anak yang baik di Indonesia,” tandasnya.
Personal Growth pun melakukan studi lebih lanjut. Studi bertajuk “Dampak Psikologis Pandemi Covid-19 pada Bidan Praktek Mandiri & Swasta di Indonesia dan Kaitannya dengan Persepsi Pengetahuan dan Adaptasi Individu”.
Ditujukan kepada Bidan Praktik Mandiri (BPM) dan Swasta (BPS) di berbagai daerah di Indonesia melalui survei daring pada Oktober – November 2020.
Studi ini menemukan terdapat cukup banyak bidan yang mengalami gejala kecemasan (29%, N=123), stres (10%, N=42), dan depresi (15%, N=62) dalam kategori ringan hingga parah.
Sebanyak 32% responden mengalami kecemasan disfungsional terkait kondisi pandemi. Hal ini mengindikasikan para bidan mengalami kecemasan dalam tingkat yang intens hingga mengganggu fungsi dan keseharian hidup mereka.
Studi ini menemukan terdapat korelasi signifikan antara persepsi bidan terhadap pengetahuan yang mereka miliki (perceived knowledge) terkait Covid-19 dengan tingkat stres, kecemasan dan depresi para bidan. Terbukti, semakin rendah pemahaman bidan terkait Covid-19, maka semakin tinggi tingkat kecemasan yang dimiliki.
Psikolog Klinis, Gracia Ivonika, M.Psi, yang juga msalah satu penulis studi tersebut, menyampaikan, kemampuan adaptasi terhadap stres kerja (work adaptability) juga ditemukan sebagai faktor yang paling kuat berhubungan dengan kondisi kesehatan mental para bidan.
Sayangnya, studi ini menemukan bahwa kemampuan adaptasi bidan terhadap stres pekerjaan masih cukup rendah. Sebesar 54% responden dilaporkan memiliki skor di bawah rata-rata pada kemampuan beradaptasi terhadap stres pekerjaan ini.
Hal ini juga berkaitan dengan kondisi pandemi covid-19 yang serba tidak pasti. Protokol kesehatan dan prosedur pelayanan terus berubah-ubah hingga pola dan media kerja yang baru juga dapat memicu kelelahan dan stres bagi para bidan.
Temuan ini menunjukkan para bidan membutuhkan dukungan untuk dapat memelihara kesehatan mentalnya lebih baik, juga bekerja secara produktif.
Empat hal berikut ini bisa menjadi pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dipelajari dan dilatih oleh para bidan:
1. Growth Mindset
Ini adalah pola pikir yang mengarahkan individu pada pengembangan diri melalui belajar dan resiliensi; kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit.
Belajar untuk dapat beradaptasi dengan baik juga salah satu bentuk dari growth mindset. Ini yang menjadi faktor protektif dari berbagai masalah kesehatan mental, khususnya saat menghadapi situasi sulit dan penuh tantangan, seperti di masa pandemi Covid-19 ini.
Karena itu, hal ini penting dimiliki oleh para bidan agar tetap dapat menjaga kesehatan mental mereka dalam kondisi apapun, termasuk di masa pandemi ini.
2. Regulasi Emosi
Beberapa jenis emosi dapat menimbulkan ketidaknyamanan yang bisa dialami setiap orang dalam kehidupan sehari-hari, seperti rasa sedih, terkejut, kecewa, marah – terlebih saat menghadapi situasi sulit.
Namun, hal penting yang perlu dipahami adalah cara mengelola emosi-emosi negatif tersebut secara sehat. Regulasi emosi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengelola emosi secara tepat demi mencapai keseimbangan emosional.
Karena itu, seorang bidan perlu untuk mempelajari pengelolaan emosi agar dapat meningkatkan kualitas kinerjanya dalam memberi pelayanan bagi pasien, yaitu ibu hamil.
3. Manajemen Stres
Banyak bidan yang masih kesulitan untuk tetap tenang saat menghadapi kondisi yang rumit atau beban pekerjaan yang semakin berat selama pandemi Covid-19.
Melalui teknik manajemen stres, para bidan dapat mengidentifikasi sumber stres yang dialami dan menggunakan strategi koping yang berfokus pada sumber emosi dan/atau masalah yang dihadapi.
4. Perencanaan Konkret (Planning)
Kemampuan beradaptasi dalam situasi krisis dan situasi yang penuh ketidakpastian dapat berpengaruh signifikan terhadap kesehatan mental bidan.
Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk beradaptasi dalam situasi tersebut adalah dengan membuat perencanaan yang tepat dan efektif, sebagai langkah nyata penerapan growth mindset.
Dengan menggunakan perspektif SMART (specific, measurable, achievable, relevant, dan time-framed), para bidan dapat menyusun prioritas berdasarkan perubahan kondisi saat ini secara realistis dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Selain itu, mengantisipasi kemungkinan hambatan atau tantangan dengan mempersiapkan plan B. Dengan menerapkan perspektif tersebut, diharapkan dapat mengurangi kecemasan yang dirasakan oleh para bidan.
Keempat hal ini — growth mindset, regulasi emosi, manajemen stres, dan perencanaan konkret, adalah keterampilan yang menjadi bekal penting bagi para bidan untuk menghadapi apapun situasi tak terduga dan penuh tekanan yang mungkin datang di masa depan.
“Ini adalah suatu keterampilan yang sangat bisa dipelajari dan dilatih, agar para bidan dapat memelihara kesehatan mentalnya dengan baik,” kata Ratih Ibrahim.
Ke depannya, ia berharap para bidan pun dapat beradaptasi lebih baik lagi, hingga dapat bertugas dengan kondisi prima, memberikan pelayanan terbaik bagi para pasien.