JAKARTA, PosSore – Gedung Sasono Langen Budoyo, Taman Mini Indonesia Indah, memenuhi suasana haru pada Minggu pagi itu, 6 Juli 2025. Dalam Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32 Tingkat Provinsi DKI Jakarta yang berisi sekitar 500 orang, suara seorang ibu perlahan mengalun dari podium. Bukan Berbagai Pejabat, bukan pidato formal. Yang terdengar adalah isi hati, sepucuk surat sederhana yang mengalirkan cinta, kegelisahan, dan harapan seorang ibu kepada Gubernur DKI Jakarta.
Azmaidar, warga Kelurahan Sungai Bambu, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, membacakan surat yang ditulisnya dengan hati. Surat itu bukan sekadar untaian kata; ia menjadi potret kecil tentang perjuangan keluarga di Jakarta yang sesungguhnya. Surat Azmaidar terpilih menjadi juara pertama Lomba Menulis Surat untuk Gubernur yang diselenggarakan oleh Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (DPPAPP) Provinsi DKI Jakarta dalam rangkaian peringatan Harganas 2025.
“Dari ruang makan tempat cerita keluarga diumumkan, dan dari pelukan hangat kepada anak-anak, kami menulis surat cinta ini untuk Bapak,” begitu Azmaidar membuka suratnya yang kemudian membuat suasana ruangan seketika hening.
Bagi Azmaidar, Jakarta bukan hanya tentang gedung-gedung tinggi atau jalan-jalan padat. Jakarta adalah tentang rumah-rumah kecil yang setiap hari berusaha menjadi tempat terbaik bagi anak-anaknya untuk tumbuh, belajar, dan bermimpi. Ia bercerita tentang tantangan yang dihadapi keluarga kota besar: waktu yang terbatas, tekanan ekonomi, ruang bermain yang semakin sempit, serta gempuran dunia digital yang sulit dikendalikan.
Apalagi, Azmaidar menjalani peran ganda sebagai ibu dan ayah. Ia memilih untuk tidak mengeluh, namun justru menjadikan tantangan itu sebagai jalan untuk menumbuhkan anak-anak yang bermental pejuang. “Kami tidak mengeluh. Kami tetap merentangkan asa dan harapan, karena kami ingin anak-anak yang tumbuh bersama kami adalah anak-anak yang bermental pejuang. Jakarta membutuhkan generasi seperti itu,” tulisnya dalam surat.
Azmaidar juga menyampaikan rasa terima kasih atas sejumlah program yang sudah dirasakan manfaatnya oleh keluarganya, seperti taman ramah anak, pelatihan pengasuhan, posyandu yang aktif, serta program pemberdayaan ibu.
“Kami ingin Jakarta tak hanya maju dalam beton dan jalan tol, tapi juga dalam kehangatan rumah dan kekuatan cinta dalam keluarga ,” tuturnya menutup surat yang kemudian disambut dengan tepuk tangan panjang dari para undangan.
Surat itu sampai ke telinga orang yang dituju. Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mengaku terharu. Dalam perayaannya, ia berjanji akan terus mendorong Jakarta menjadi kota yang semakin ramah keluarga.
“Saya tersentuh dengan surat Ibu Azmaidar. Ini pengingat yang kuat bagi kami. Membangun Jakarta tidak cukup dengan membangun jalan dan gedung, tapi harus juga membangun keluarga. Kami akan terus menghadirkan ruang-ruang yang ramah anak, memberdayakan para ibu, dan memberikan dukungan yang nyata bagi keluarga Jakarta,” ujar Pramono.
Pramono menegaskan bahwa keluarga adalah fondasi Jakarta yang tangguh. “Kalau keluarga Jakarta sehat dan bahagia, maka Jakarta ke depan akan menjadi kota yang tidak hanya maju secara fisik, tapi juga maju secara karakter,” tambahnya.
Kepala Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk Provinsi DKI Jakarta, Iin Muthmainnah yang turut hadir dalam acara tersebut, mengatakan bahwa lomba menulis surat ini menjadi cara efektif untuk menggali aspirasi dan suara hati warga Jakarta secara langsung.
“Surat seperti yang dibacakan Ibu Azmaidar ini adalah potret nyata. Kami ingin mendengar langsung bagaimana warga merasakan program kami. Dan ini membuktikan, kebijakan yang baik adalah yang lahir dari kebutuhan nyata masyarakat,” kata Iin.
Kadis PPAPP Iin Muthmainnah menjelaskan, selama tahun 2024 hingga pertengahan 2025, Pemprov DKI Jakarta telah menghadirkan lebih dari 250 taman ramah anak, mengaktifkan kembali lebih dari 6.000 posyandu, serta menjalankan program Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) di lima wilayah kota untuk membantu orang tua dalam pengasuhan yang berkualitas.
“Kami juga fokus pada program pemberdayaan ibu tunggal, termasuk pelatihan keterampilan dan pendampingan psikososial. Karena kami tahu, tantangan keluarga di Jakarta itu beragam, dan kita harus hadir di sisi mereka,” tegas Iin.
Menurut Iin, Jakarta ke depan harus menjadi kota yang semakin mendukung keluarga, tidak hanya melalui fasilitas, tetapi juga melalui waktu dan ruang sosial yang memungkinkan keluarga tetap dekat dan utuh.
Dari podium itu, suara seorang ibu dari utara Jakarta mengalir lembut, tapi menghunjam. Sebuah pengingat sederhana, bahwa membangun kota yang hebat dimulai dari membangun keluarga yang kuat. Karena kebahagiaan anak-anak Jakarta, pada akhirnya, lahir dari keluarga yang dicintai, didengar, dan diberdayakan. (aryodewo)