Anda merasa anak Anda ‘sulit diatur’? Bisa jadi karena cara Anda memperlakukan si buah hati. Coba ubah pendekatan kita terhadap anak-anak. Misalnya, dengan menghindari ungkapan yang memojokkan dan menyalahkan anak.
Pernah mengatakan, “Ayo, cepat mandi, mama tidak suka punya anak bau dan pemalas.” Terdengar merendahkan anak bukan? Bandingkan dengan mengatakan, “Yuk mandi sayang, supaya wangi dan bersih. Setelah itu, kita jalan-jalan.” Itu lebih enak terdengar bukan?
Dengan menciptakan suasana hangat dan penuh kasih sayang, maka kasus kekerasan dan pelecehan anak yang belakangan ini merebak dapat dihindari. Jika keluarga memberikan penghargaan bila anak melakukan perbuatan terpuji dan memberitahukan kesalahannya bila melakukan tindakan tidak baik, maka anak pun dapat belajar menghargai orang lain, terutama orangtuanya.
“Belakangan ini kasus-kasus kekerasan pada anak memperlihatkan ketidakhadiran keluarga, masyarakat dan negara dalam melindungi anak dari ancaman kekerasan,” kata Kepala Program Plan International Indonesia, Nono Sumarsono, di Jakarta, Selasa (20/5). Jika mekanisme perlindungan anak di level keluarga dan masyarakat bisa berjalan, maka kejadian-kejadian seperti kasus Emon di Sukabumi bisa diantisipasi atau diminimalisir, tambahnya.
Karenanya, Plan International Indonesia mendorong pemerintah dan masyarakat membangun mekanisme perlindungan anak yang lebih komprehensif, dan menekankan aspek pencegahan. Perlindungan anak tidak bisa hanya mengandalkan aspek penanganan kasus dan rehabilitasi korban.
Sebagai organisasi kemanusiaan yang fokus pada pemenuhan hak anak, mendorong Plan mempromosikan konsep mekanisme perlindungan anak berbasis masyarakat (Community Base Child Protection). Dengan berfokus pada perlindungan anak berbasis komunitas, upaya perlindungan anak dilakukan dengan membangun mekanisme lokal, yang bertujuan menciptakan jaringan dan lingkungan yang protektif.
Hal ini diharapkan bisa memperkuat perlindungan bagi semua anak serta memperkuat sistem perlindungan anak secara nasional. “Plan Indonesia mendorong terbangunnya mekanisme perlindungan anak di tingkat akar rumput, dengan memperhatikan aspek pencegahan yang melibatkan warga, dan juga anak-anak. Di sejumlah daerah dampingan Plan, mekanisme ini dilembagakan menjadi Kelompok Perlindungan Anak Desa (KPAD),” jelasnya.
Dalam konteks ini, keterlibatan anak-anak dibutuhkan sebagai salah satu referensi untuk mendeteksi adanya kasus kekerasan yang mereka alami. Minimal, mereka diajarkan untuk mengenali, menolak dan melaporkan potensi ancaman kekerasan.
Nah, binalah hubungan yang lebih hangat dan akrab dengan anak, sehingga anak akan menjadi lebih terbuka pada orangtua. Jadilah contoh bagi anak dalam menanamkan nilai-nilai moral dan sosial yang berlaku. Dunia anak, adalah dunia yang penuh kegembiraan dan keceriaan. (tety)