KARAWANG (PosSore.id) — Perum Bulog selama musim panen rendeng tahun 2024 sudah menyerap gabah/beras sebanyak 535 ribu ton setara beras atau sekitar 1.050.000 setara gabah. Pengadaan tersebut berasal dari pembelian secara PSO (public service obligation) dan komerisial.
Menurut Dirut Perum BULOG Bayu Krisnamurthi, dari jumlah tersebut ada pengadaan gabah, ada juga pengadaan beras, utamanya beras asalan dari penggilingan padi kecil.
Menurut Bayu Krisnamurthi saat kunjungan ke industri beras Bulog di Karawang, Senin (20/5), dengan sisa waktu panen musim rendeng hanya tersisa tinggal 2-4 minggu ke depan, Bulog akan terus melakukan pengadaan. Diperkirakan sampai akhir pengadaan nanti akan bisa didapatkan sebanyak 600 ribu ton setara beras.
“Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2022. Tapi mungkin sedikit lebih rendah dari tahun 2023. Dengan harga yang cenderung makin naik, kami tetap optimis bisa serap lebih dari 600 ribu setara beras,” katanya.
Dari jumlah pengadaan tersebut, Bayu mengatakan, persentasenya masih lebih banyak pengadaan melalui PSO diperkirakan 70-75 persen. Sisanya adalah pengadaan komersil. “Bulog tetap akan padukan antara pembelian PSO dan komersial. Jika harga di pasar lebih tinggi, kita harapkan petani bisa tetap menjual ke Bulog, karena akan dapatkan harga lebih tinggi,” jelasnya.
Bayu mengakui biasanya pada musim tanam kedua jumlah panen jauh lebih kecil dari musim tanam pertama, sehingga kemungkinan pengadaannya akan jauh lebih kecil.
“Jika Tahun 2023 semester 2 Bulog bisa serap sampai 300 ribu ton setara beras, maka tahun ini kita bisa samai dengan tahun lalu. Namun kita belum tahu kondisinya seperti apa. Apalagi akan datang musim kemarau lagi,” katanya.
Bayu menegaskan, tugas Bulog saat ini adalah menjaga stok beras di dalam negeri. Untuk itu, pihaknya selalu mengusahakan pengadaan dalam negeri. Namun demikian, Bulog tetap memerlukan pengadaan luar negeri.
“Untuk tahun ini, impor beras kita sudah sebanyak 1 juta ton. Saat panen raya kemarin, beras itu kita tidak masukkan ke sentra produksi beras, tapi di wilayah yang defisit beras, seperti Pelabuhan Bitung dan Kupang,” katanya.
Saat ini stok beras di gudang Bulog sebanyak 1,8 juta lebih. Dengan jumlah ini Bayu mengakui masih cukup untuk persiapan musim paceklik mendatang.
Tantangan lain pengadaan Bulog adalah harga gabah masih di atas harga yang ditetapkan pemerintah. Saat ini harga gabah di mitra Bulog berkisar Rp 6.400-6.500/kg, sedangkan harga gabah dengan kualitas lebih baik mencapai Rp 6.800-7.000/kg. Dengan harga gabah tersebut, harga beras sudah di atas Rp 11.500-12.000 /kg. “Ini situasi yang kita hadapi sekarang,” ujarnya.
Harga gabah dan beras sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen (GKP) Rp 5.000/kg, gabah kering giling (GKG) Rp 6.300/kg dan beras dipenggilingan Bulog Rp 9.950/kg.Namun melihat perkembangan harga gabah/beras naik cukup tinggi, Badan Pangan Nasional mengeluarkan kebijakan fleksibilitasnya untuk harga GKP menjadi Rp 6.000/kg, GKG Rp 7.400/kg dan beras Rp 11.000/kg.(aryo)