“Jadi kebudayaan kita merupakan hasil dari pendidikan. Demikian pemahaman kami,” ucapnya.
Ia mengingatkan arah sistem pendidikan nasional harus tepat, karena peran pendidikan sangat penting yaitu untuk membentuk warga negara.
Sarasehan pendidikan ini, diakui Pontjo memiliki potensi besar untuk menjadi forum yang produktif. Berdasarkan narasi yang telah dibangun, sarasehan ini tidak hanya diskusi.
Melainkan juga menghasilkan kesimpulan yang terstruktur dan rencana aksi konkret untuk menjawab pertanyaan mendasar tentang arah pendidikan nasional.
Pontjo berharap hasil dari sarasehan ini, pertama adalah pemahaman bersama tentang realitas pendidikan. Pertama yang harus dicapai adalah kesamaan pandangan di antara seluruh peserta tentang kondisi pendidikan saat ini.
Ini mencakup pengakuan terhadap problematika historis dan geopolitik yang telah membentuk sistem pendidikan kita.
Sarasehan harus mampu membedah kesenjangan antara “impian” untuk mencerdaskan seluruh bangsa dengan “kenyataan” di lapangan yang dipengaruhi oleh keterbatasan sumber daya, kondisi geografis, dan tantangan global.
Kedua adalah identifikasi arah strategis masa depan. Setelah menyepakati masalah, sarasehan harus mengidentifikasi ke mana arah pendidikan harus melangkah. Menggunakan kerangka hulu ke hilir, peserta diharapkan dapat merumuskan visi bersama.
Arah di hulu (kebijakan) yakni merumuskan bagaimana kebijakan pendidikan harus lebih responsif, adaptif, dan berkelanjutan, serta tidak boleh terlepas dari budaya.
“Payung hukum RUU Sisdiknas yang sedang dalam penyusunan harus dapat mengawal semuanya. Pegangan utama adalah kebijakan publik harus sesuai dengan nalar public,” terang Pontjo.
Sedang arah di hilir (implementasi) adalah merumuskan bagaimana praktik pendidikan di institusi pendidikan dari mulai sekolah, masyarakat, sampai perguruan tinggi agar bisa lebih inovatif, relevan, dan memberdayakan.