JAKARTA (possore.id) — Aliansi Kebangsaan bersama Yayasan Dana Darma Pancasila mengadakan sarasehan bertema “Ke mana Sistem Pendidikan Nasional Mengarah?”, Jumat 26 September 2025, secara daring.
Sarasehan ini untuk memberikan masukan kepada pemerintah terkait revisi UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2023.
Karena itu, sarasehan ini mengundang pakar, akademisi, parlemen hingga pegiat pendidikan untuk menentukan peta jalan yang jelas dan terukur terkait pendidikan nasional.
Hadir sebagai pembicara yaitu Ferdiansyah (Komisi X DPR RI), dan Yudi Latif, Ph.D (Ketua Yayasan Dana Darma Pancasila). Diskusi dimoderatori oleh Dr. Bambang Pharmasetiawan dari Yayasan Suluh Nuswantara Bakti.
Bertindak sebagai penanggap adalah Ahmad Rizali (NU Circle, Penasehat Mendikdasmen), Prof. Ir. Tutuka Ariadji, M.Sc., Ph.D. (Guru Besar ITB), Prof. Dr. Acep Iwan Saidi, S.S., M.Hum (Guru Besar ITB).
Selain itu, Dr. Manuel Kaisiepo (Pakar Aliansi Kebangsaan), Dhitta Puti Sarasvati, M.Ed (Ketua Bajik – Gernastastaka), Iman Zanatul Haeri, S.Pd. (Perhimpunan Pendidikan dan Guru), Ester Napitupulu (Harian Kompas) dan Ki Darmaningtyas (Pakar Pendidikan).
Pontjo Sutowo, Ketua Aliansi Kebangsaan, membuka acara dengan pengantar reflektif mengenai pentingnya arah pendidikan yang berpijak pada nilai-nilai Pancasila dan menjawab tantangan zaman.
Dalam pengantarnya, ia menyampaikan, pihaknya bersama para sejawat terus memperjuangkan agar pendidikan tidak terpisahkan dengan kebudayaan.
Ia menegaskan, pendidikan tidak terpisahkan dari kebudayaan. Pendidkan dan kebudayaan adalah ibarat dua sisi keping mata uang yang sama.
“Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan, bukan sebaliknya, dan bersumber dari budaya besar Indonesia yang terus tumbuh serta berkembang,” tegasnya.
Pontjo menegaskan pendidikan adalah alat untuk membentuk kebudayaan karena pada dasarnya kebudayaan dapat dibentuk. Di sinilah peran penting pendidikan dalam membentuk suatu budaya yang diinginkan.