4. Sejarah perjalanan kita sebagai negara bangsa menunjukkan bahwa Indonesia telah berulang kali menjadi kelinci percobaan dunia, laboratorium eksperimen yang berdarah dan menghancurkan.
Dunia mencatat luka-luka itu dalam kosa kata global: “the Jakarta Method”, yang mana bangsa ini pernah dan berulang kali dijadikan objek, bukan subjek, sejarahnya sendiri.
Karena itu, tegas Pontjo, Aliansi Kebangsaan mendesak seluruh pihak untuk menutup ruang bagi campur tangan pihak eksternal akibat situasi domestik yang penuh bahaya dan ketidakpastian (vivere pericoloso).
5. Kemarahan rakyat yang memuncak menunjukkan adanya kesalahan fundamental di berbagai bidang penyelenggaraan negara. Pemerintahan negara di berbagai cabang kekuasaan; eksekutif, legislatif, yudikatif tidam mendapatkan kepercayaan rakyat.
Eksekutif tidak dipercaya dapat mengeksekusi agenda-agenda strategis pemerintahan untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta mewujudkan ketertiban dunia.
Legislatif tidak dipercaya rakyat untuk secara substantif menjadi wakil mereka dalam penyelenggaraan negara. Sementara yudikatif, dalam melaksanakan fungsi-fungsi penegakan hukum, tidak mampu menjadi harapan terakhir (last resort) untuk mewujudkan keadilan bagi semua.
Hukum dalam pelaksanaannya tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Dalam berbagai ketidakadilan itu, penyelenggara negara hendaknya melakukan perbaikan fundamental dalam ranah tata nilai, tata kelola, dan tata sejahtera di berbagai cabang kekuasaan negara, untuk kembali mendapatkan dukungan dan kepercayaan rakyat.
Dukungan publik dan kepercayaan mereka merupakan energi utama dalam penyelenggaraan negara.