JAYAPURA (Pos Sore) — Aktifitas warga di Kabupaten Jayapura, Papua, pasca banjir bandang yang menimpa ibukota Provinsi Papua pada medio Maret 2019 ini, sudah mulai menggeliat kembali meskipun belum sepenuhnya normal.
Sampai berita ini diturunkan masih tercatat lima ribu warga yang menghuni penampungan di beberapa lokasi di Sentani dan kecamatan sekitarnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Sumartono, sampai Selasa (26/3), terjadi pengurangan jumlah penghuni penampungan yang semula tercatat sekitar 11 ribu pada H+3. “Diperkirakan dalam beberapa hari ke depan akan terjadi pengurangan yang signifikan,” tegasnya.
Sekolah-sekolah pun sudan mulai menggeliat dengan aktifitas belajar mengajar walaupun tidak semua sekolah mewajibkan pengenaan seragam sekolah untuk siswa yang terkena musibah bencana.
Sebagaimana diketahui Sabtu (16/3) hingga Minggu (17/3) dini hari, kawasan Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, diterjang banjir bandang. Bencana ini sangat mengejutkan warga yang tengah beristirahat pada malam hingga dini hari itu.
Air deras yang membawa batangan pohon, batu, lumpur dan material lainnya menerjang tanpa ampun. Sebanyak empat kelurahan terdampak serius, yaitu Kelurahan Hinekombe, Dobonsolo, Sentani Kota, dan Doyo Baru.
Penebangan hutan di gunung Cycloop menjadi pemicu utama terjadinya banjir bandang tersebut. Pantauan Possore.com menunjukkan, penebangan hutan dilakukan untuk membangun pemukiman warga yang tidak tertata. Kaki gubung Cycloop yang semula dihijaukan dengan pepohonan rimbun kini tidak terlihat lagi. Yang tampak adalah pemukiman liar warga yang datang dari luar Kabupaten Jayapura.
Tak ayal lagi, saat hujan deras aneka material yang ada di gunung itu merangsek turun dan menerjang pemukiman warga tersebut hingga memporakporandakan kota Sentani yang ada di kaki Gunung Cycloop. Ratusan orang kehilangan nyawa, bahkan puluhan orang masih belum ditemukan dan ratusan rumah hancur diterjang banjir bandang. (sim)