#CatatanAminIdris
Agustus tanggal 15 tahun 2024, Islamic Centre memperingati miladnya yang ke-31. Aneka kegiatan diadakan. Selain menggelar doa Syukur juga beberapa kegiatan lain mengiringinya.
Pada usianya yang ke-31 ini Islamic Centre Bekasi perlu mempertegas lagi sikapnya sebagai gerakan Islam yang moderat, Islam wasathiyah atau gerakan tengah.
Islam inilah yang disebut Ibnu Katsir sebagai ummatan wasatha, citra ideal umat terbaik (khair al-ummah). Definisi ini termaktub dalam QS Ali Imran ayat 110.
Islam wasathiyyah pada intinya bermakna sikap tengah di antara dua kubu ekstrem. Sebagai sikap adil dan proporsional, penuh keseimbangan antara dunia dan akhirat, keseimbangan antara kebutuhan fisik dan jiwa, keseimbangan akal dan hati, serta berada di posisi tengah antara neo-liberalisme (al-mu’aththilah al-judud) dan neo-literalisme (al-zhahiriyyah al-judud).
Sikap moderat ini pula yang menjadi fondasi utama dibangunnya Islamic Centre Bekasi, di bawah panji panji persatuan (wihdah) dan persaudaraan (ukhuwah).
Para founding father Islamic, di antaranya KH Noer Alie dan H Suko Martono mencita-citakan, Islamic Centre ini menjadi tempat yang bisa membahagiakan semua umat manisia.
Karena itu, di tengah arus pemikiran dan gerakan Islam yang makin beragam dan syarat kepentingan, Islamic Centre perlu menunjukkan identitasnya sebagai gerakan Islam yang berbasis pada keseimbangan dan berada di posisi tengah, moderat atau washathy.
Dalam perjalan sejarahnya Islamic Centre pernah dituding sebagai gerakan yang terlalu ke“kanan-kananan”. Ada juga yang menuding sebagai tempat subur gerakan ekstrem dan kelompok radikal.
Bahkan saya pernah diperiksa penyidik densus 88 atas adanya laporan bahwa di Islamic pernah dipakai latihan “perang-perangan” oleh orang yang kemudian ditangkap dan divonis sebagai kelompok radikal.
Tudingan-tudingan itu jelas tanpa dasar. Dipakai hanya untuk menyudutkan Islamic Centre. Dijadikan pembenaran untuk mengubah area Islamic ini menjadi comercial area. Islamic centrenya dipindahkan ke daerah pinggiran.
Di lahan Islamic ini pernah ada yang rencanakan akan dibangun hotel, pusat perbelanjaan, perkantoran dan sebagainya. Gila, kan!
Memang, tantangan terberat Islamic Centre terjadi pada kurun 10 tahun terakhir ini. Di mana ada tekanan pihak luar mengintervensi Yayasan dengan menyodorkan nama nama orang titipan untuk dijadikan pembina Yayasan.
Beberapa tokoh dan ulama tergabung tim tujuh menorong dilakukannya perubahan Dewan Pembina. Skenario ini dipakai untuk mencoba mengambil alih Yayasan dengan menguasai formasi Dewan Pembina.
Untungnya, para tokoh dan ulama yang membawa missi itu lebih mencintai Islamic Centre ketimbang mengusung kepentingan infisible hand saat itu. Maka niat itu padam di tengah jalan. Alhamdulillah.
Kini, PR besar Yayasan selaku pengelola Islamic Centre adalah merampungkan pembangunan masjid. Tanpa dukungan dari Pemerintah kota Bekasi PR ini tidak akan bisa selesai secepatnya.
Mengapa demikian? Karena pembangunan di atas lahan milik pemerintah jelas memerlukan Perjanjian Kerjasama (PKS) dan IMB. Beberapa donator besar mundur teratur karena Pembangunan masjid tidak dibekali legalitas itu.
Bahkan Ridwan Kamil saat masih menjabat Gubernur, yang berjanji akan menyelesaikan pembangunan masjid tiba-tiba hilang begitu saja. Dugaan sementara, RK mundur karena faktor legalitas ini.
Kini, pada miladnya yang ke-31, pengurus Yayasan terus berikhtiar mencari jalan. Dalam kesempatan audien, Pj. Walikota Raden Gani Muhamad, kami membicarakan persoalan ini. Menurutnya PKS, IMB dan retribusi semestunya bisa diselesaikan, tidak ada masalahnya berat. Begitu kata Pj Gani Muhammad.
Saya optimis di tangan Pj. Walikota Perjanjian Kerjasama ini bisa diselesaikan. Maka milad Islamic Centre yang ke-31 ini memiliki catatan sejarah awal berakhirnya masa kelam perjalan Islamic Centre Bekasi dan nama Pj Walikota Gani R Muhammad akan terukir indah dalam sejarah
Islamic Centre.
Selamat milad, Islamic Centre Bekasi.