JAKARTA (Pos Sore) – Pemilihan legislatif 2014 berlalu sudah. Tinggal menunggu penetapan akhir, partai mana yang dinyatakan keluar sebagai pemenang I, II, dan III, walau sebelumnya banyak pihak meyakini PDIP akan mampu meraih suara melebihi 20 persen, bahkan sampai 30 persen. Tinggal kini, perhatian rakyat banyak semakin fokus tertuju kepada pemilihan presiden Juli mendatang. Mungkinkan hanya Joko Widodo yang akan berhadapan vis a vis dengan Prabowo? Lalu, siapa pasangan Capres PDIP itu, dan siapa pasangan Ketua Dewan Pembina Gerindra?
Kuat dugaan, hanya dua bakal capres itu yang akan bertarung keras. Kalau pun ada bakal capres lain, sebut saja Aburizal Bakrie alias ARB, lebih pada semangat demi nama besar Golkar. Sedang nama-nama yang muncul sebagai bakal capres dari partai lain, diperkirakan akan merapat ke salah satu capres, dan cenderung menawarkan diri ke PDI Perjuangan. Lalu, siapa di antara mereka yang akan dipilih Megawati sebagai bakal calon wakil presiden?
‘’Megawati harus ekstra hati-hati. Kalau sampai salah pilih, akibatnya fatal. Jokowi malah bisa kalah, pendukung-pendukungnya bisa kabur,”kata pengamat politik, Adilsyah Lubis menjawab Pos Sore di Jakarta, pekan ini
Lalu, siapa yang cocok mendampingi Joko Widodo alias Jokowi?
Nama-nama yang sering disebut cocok atau pas untuk digandengkan dengan Jokowi, antara lain Jusuf Kalla (mantan Wakil Presiden, politisi Golkar), Akbar Tandjung (politisi Golkar), Hatta Rajasa (Ketum PAN), para peserta konvensi Capres Partai Demokrat seperti Gita Wiryawan, Dino Patti Djalal, Anis Baswedan, bahkan Prananda Prabowo, putra Ketua Umum PDIP Megawati sendiri, serta Puan Maharani, putri Megawati yang kini jadi Ketua Fraksi di DPR RI.
Selain itu, juga sederet nama yang sekarang disebut-sebut bakal capres dari partai lain seperti Mahfud MD, Yusril Ihza Mahendra dan Wiranto.Menurut Adilsyah, pasangan ideal Jokowi saat ini adalah mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) sekaligus tokoh Partai Kebangkitan Bangsa(PKB), Mahfud Md. “Jokowi-Mahfud Md pasangan ideal,”ujar Adilsyah yang juga pengajar di Universitas Trisakti Jakarta itu.
Sementara itu, menurut pengamat politik Universitas Indonesia Prof Maswadi Rauf calon wakil presiden Jokowi harus bisa menyesuaikan diri sebagai orang lapangan yang suka blusukan. Sementara JK dan Mahfud MD karakter dan usianya tidak memungkinkan untuk suka blusukan.
Sedang Sekjen Seknas Jokowi, kelompok relawan yang jauh-jauh hari sudah menggaungkanpencalonan Jokowi, Dono Prasetyo, enggan menyebut nama. Dia memberi tiga kriteria: muda, berwawasan internasional, dan mengerti ketahanan Negara. (baca: Kriteria Wakil Jokowi).
Kriteria hampir sama dikemukakan aktivis yang juga pengamat politik dari Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima), Ray Rangkuti. Wakil untuk Joko Widodo sebaiknya menguasai ekonomi makro, dekat dengan partai politik, dekat dengan semua kelompok dan golongan. Dengan demikian pimpinan Negara yang akan datang akan mampu mempersatukan seluruh bangsa dan Negara
Baik Dono maupun Ray, ogah menyebut nama. Yang menarik adalah Maswadi. Selain menilai Jusuf kalla dan Mahfud tidak cocok untuk mendampingi Jokowi, Maswadi yakin, nantinya Megawati akan mengambil wakil presiden dari partai tiga besar hasil pemilu yang bisa mendukung partainyaBagaimana kalau dari tiga besar itu ada Gerindra? ‘’Bisa saja,’’ kata Maswadi Sebelumnya sempat muncul pernyataan Wakil Gubernur DKIJakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Kepada pers, lelaki yang akrab disapa A Hok itu menyatakan siap menjadi bakal calon pendamping Jokowi apabila Gerindra/ Prabowo menugaskannya.
Cari yang Lebih Muda
Politisi senior PDIP, Sabam Sirait, mengaku yang menentukan atau memutuskan cawapres bagi Jokowi adalah Megawati dan Jokowi sendiri. Meski begitu pendapat atau masukannya masih didengar oleh Megawati dan Jokowi.”Walau pun saya sudah tidak ada jabatan di partai, mereka berdua masih mau mendengar saya,”kata Sabam yang sejak awal mendukung Jokowi sebagai gubernur Jakarta dan sebagai capres PDIP.
Soal cawapres ini, Sabam berpendapat sebaiknya dipilih orang yang umurnya lebih muda dari Jokowi, entah itu latar belakang sipil atau tentara, baik pengusaha maupun politisi atau birokrat.”Yang penting bisa ngurus rakyat, jangan yang tidak bisa mengurus rakyat. Kalau tidak bisa minggir saja,”tegas Sabam.
Meski demikian, dia enggan menyebut siapa yang dia maksud cawapres Jokowi yang umurnya jauh lebih muda. “Saya tidak mau campur soal namanya, cukup saya campur capresnya,”kata Sabam.
Yang lebih muda dari Jokowi? Bisa Anis Baswedan, Dino Patti Djalal, Gita Wiryawan, Prananda Prabowo. Bagaimana dengan Puan ?
Adilsyah mengatakan, putri Megawati ini belum saatnya tampil sebagai cawapres dan belum berpengalaman di bidang politik dan pemerintahan. “Belum ada pengalamannya,”katanya.Bagaimana dengan Prananda Prabowo? Ray mengatakan, kalau itu yang terjadi, nasib Jokowi akan keok.B
agaimaa Mahfud ? Adilsyah menyatakan, mantan Menteri Pertahanan ini adalah tokoh politik yang bisa berdiri di atas semua golngan. Dan dia sudah teruji sebagai orang yang bersih dan jujur. “Kiprahnya selama menjadi Ketua MK cukup baik, dan itu diketahui oleh masyarakay,”kata Adilsyah.
Lalu bagaimana dengan Jusuf Kalla atau Akbar Tanjung ?Adilsyah melihat, kedua tokoh ini kemungkinan besar tidak mau berpasangan sebagai cawapresnya Jokowi. “Jusuf Kalla dan Akbar sudah begitu senior di Partai Golkar, mustahil mereka mau jadi cawapresnya Jokowi, kecuali memang mau menjual diri,”ujarnya.
Karena itu, Adilsyah memperkirakan jika Jokowi berpasangan dengan Mahfud memperebutkan kursi presiden dan wakil presiden pada pemilu nanti, pasangan ini bakal menang, bisa mengalahkan siapa pun lawannya termasuk Prabowo Subianto dan ARB. “Peluangnya sangat besar, saya yakin Jokowi-Mahfud menang,”kata dia.
Menurut Maswadi, siapapun nantinya yang menjadi wakil presidennya, Jokowi akan mau. Namun tantangan yang akan dihadapi Jokowi akan semakin berat karena Jokowi bukan konseptor dan perencana.Jokowi, lanjut Maswadi, akan mengalami kesulitan dengan wakilnya. Apalagi Jokowi saat ini sedang ‘mabuk’ dengan hasil survei yang menyatakan dirinya tertinggi pilihan masyarakat sebagai calon presiden.
“Kesulitan kedua, Jokowi akan kesulitan dengan aturan protokoler. Selama ini Jokowi tidak mau diatur oleh protokoler yang bisa bebas blusukan sendiri tanpa pengamanan,” kata Maswadi.
Bila hal itu terjadi, Jokowi akan terus dimarahi oleh bagian protokol. Dia harus sadar, sebagai presiden harus mentaati aturan kepresidenan. “Apabila Jokowi sudah menjadi presiden, Jokowi harus merubah jadi ‘tukang’ atau orang lapangan menjadi seorang konseptor yang handal dan membuat perencanaan yang bisa dipertanggungjawabkan. Apalagi selama ini tugas Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta belum selesai dan belum dilihat hasilnya,” tambahnya. (lya/dus/jun)