1.3 C
New York
12/02/2025
Aktual

Saatnya Melakukan Posdaya Up Date

YOGYAKARTA (Pos Sore)–Posdaya “up date”  merupakan gerakan memperkuat upaya pengentasan  kemiskinan melalui Pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) yang saat ini jumlahnya sudah sekitar 35  ribu di hampir 250 kabupaten/kota. Berkembangnya Posdaya ini didukung  sekitar 200 lebih perguruan tinggi di Indonesia, melalui program kuliah kerja nyata (KKN) tematik.

Setelah berkembang, kini perlu ada upaya untuk mempertahankannya dan agar semakin dekat dengan rakyat. Untuk itu, Yayasan Damandiri sebagai pemrakarsa Posdaya membuat langkah-langkah baru, untuk mengembangkan Posdaya menjadi suatu networking atau jaringan yang kuat. Tujuannya untuk menjaring keluarga-keluarga miskin sebanyak mungkin.

“Dengan networking yang sangat rapat maka keluarga-keluarga miskin  tidak akan lepas dari upaya pengentasan kemiskinan,” kata Ketua Yayasan Damandiri Prof Dr Haryono Suyono saat membuka Pertemuan Penyegaran LPM/LPPM Korwil DIY, Bali, Kalimantan, Sumbangsel, dan Sulawesi di Yogyakarta, kemarin.

Haryono menyebut langkah-langkah lanjutan yang perlu dilakukan itu sebagai “Posdaya Upadate”.  Posdaya update membangun jaringan-jaringan  dengan komitmen pembangunan milenium (MDGs) berikut delapan sasarannya.  Para dosen dan mahasiswa menyiapkan penduduk desa untuk menjadi pengurus Posdaya lalu mengisinya dengan program-program pemberdayaan berindikator MDGs. “Jadi tujuan Posdaya yaitu pengentasan kemiskinan dan membangun sumber daya manusia,” ujarnya.

Posdaya harus berbasis keluarga. Karenanya menurut Haryono,  Posdaya-posdaya lebih baik berada di tiap RT atau RW karena Posdaya adalah forum silaturahmi antarwarga untuk menyelesaikan masalah-masalah melalui pemberdayaan dengan pendekatan MDGs.

Dalam acara yang dihadiri Wakil Rektor Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta Prof Suratman dan Rektor Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta, Pardimin, Haryono mengkritik sejumlah gubernur, bupati, dan walikota yang salah dalam mengambil kebijakan untuk upaya pengentasan kemiskinan dengan membuat industri besar.

“Industri besar-besaran memang bagus sebagai pendongkrak economy growth. Tetapi industri besar itu juteru membuat keluarga miskin tidak bisa berpartisipasi karena industri besar itu padat modal, padat teknologi. Dan manager-managernya saja mungkin bukan dari lulusan perguruan tinggi dalam negeri,” kata Haryono.

Pesan yang disampaikan oleh sekitar 180 kepala negara di dunia adalah, bagaimana membuat sebanyak- banyaknya industri / perdagangan mikro agar keluarga miskin bisa berpartisipasi. Selain itu, prioritasnya adalah anak, perempuan, orang tidak punya pekerjaan, dan kelompok yang termarjinalkan.

Melihat kondisi  Indonesia saat ini, Haryono mengajak  para pimpinan Lembaga Pengabdian Masyarakat/Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat I (LPM/LPPM) perguruan tinggi yang hadir saat itu,  tidak terkecoh dengan persentase kemiskinan yang cenderung menurun, karena dengan penduduk yang besar maka jumlahnya bisa menjadi besar.

Hal yang perlu dilakukan, selain membuat Posdaya baru,i juga mengganti Posdaya yang “istirahat” dengan penyegaran. Jika Posdaya di tingkat kecamatan sudah berkembang, Posdaya bisa dipecah agar berada di tingkat kelurahan, selanjutnya, bisa dibentuk di tiap RW atau RT.

Sementara itu, Ketua LPM Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makasar, Prof DR H Salim Basalamah, SE, MS, mengatakan pihaknya baru bergabung dengan Yayasan Damandiri untuk mengetahui lebih jauh pemberdayaan masyarakat melalui Posdaya. Ia juga mengungkapkan pihaknya mempunyai 35 desa binaan yang punya potensi mengembangkan Posdaya. (junaedi)

Leave a Comment